Sekilas Sejarah Pengembangan Tes (Psikologi)
Di Indonesia
testing belum merupakan suatu gerakan nasional, testing sebagai suatu gerakan
nasional dicontohkan dengan baik di Amerika Serikat. Di
Amerika gerakan testing psikologis berkembang sejak awal abad 19, karena
kebutuhan untuk adanya instrumen pengukuran kemampuan orang sebagai akibat dari
perkembangan idustri. Dunia industri dan dunia usaha membutuhkan tenaga
terampil dengan bakat dan kemampuan yang cocok untuk menjalankan mesin-mesin
dan melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha modern demi efisiensi dan
produktivitas. Perang dunia I juga memerlukan tenaga militer dengan kemampuan
yang diidentifikasi secara cepat untuk ditempatkan atau menjadi tenaga di
bagian-bagian yang ada seperti artileri, infantri, penerbang nakhoda, dan sebagainya.
Usaha pengukuran
mental dimulai dengan rintisan oleh A. Binet, seorang dokter Perancis dalam
tahun 1890, yang tertarik untuk meneliti anak-anak yang pintar dan yang tidak.
Usahanya bersama Simon, juga dari Perancis, membuahkan tes inteligensi
Binet-Simon. Usaha tersebut kemudian diteruskan di Amerika Serikat oleh L.M.
Terman dari Universitas Stanford yang bersama M.A. Merril bertujuan merevisi
dan menyempurnakan tes buatan Binet. Hasilnya adalah tes kecerdasan
Stanford-Binet pada tahun 1937 dengan penyempurnaan yang penting, yaitu mulai
digunakannya ukuran berupa kuosien kecerdasan (intelligence quotient). Sejak itu, usaha-usaha penyusunan tes
meluas dan maju pesat mencakup bidang-bidang kepribadian yang luas untuk
berbagai penggunaan dan dengan menggunakan teknologi yang makin canggih. Bidang
penggunaan tes meluas, tetapi sebagaimana bisa diduga pendidikan (sekolah)
adalah pengguna yang utama. Diberlakukannya undang-undang pendidikan untuk
pertahanan nasional (National Defense
Education Act) dalam tahun 1958 dipicu oleh peluncuran Sputnik, satelit
pertama dalam tahun 1957 oleh Rusia (Uni Soviet waktu itu).
Pemerintah federal Amerika
serikat menyediakan dana besar untuk pengembangan testing dan juga untuk
pengembangan program konseling di sekolah menengah. Di samping itu, bidang lain
yang menggunakan tes adalah kedokteran, kehakiman, militer, manajemen, dan
perdagangan. Ilmuwan terkemuka dalam gerakan bimbingan (guidance) di Amerika waktu itu, di antaranya E.L. Thorndike dengan
teori pengukuran mentalnya, L.M. Terman dengan tes kecerdasan
Stanford-Binetnya, A.S. Otis dengan tes Army Alphanya, Strong dengan tes atau
inventory minatnya, Kuder dengan tes minat, G.K. Bennet, dkk dengan tes bakat differensialnya.
Di Indonesia,
meski testing belum menjadi gerakan nasional, namun telah ada usaha-usaha
pengembangan tes walaupun baru skala kecil dan masih bersifat rintisan.
Sejumlah perguruan tinggi, khususnya fakultas psikologi dan IKIP (sekarang FKIP
universitas) terdorong oleh kebutuhan akan cara-cara yang obyektif untuk
pengukuran kepribadian, melakukan usaha-usaha rintisan pengembangan tes.
Kebutuhan itu terasa mendesak di lingkungan sekolah untuk penerimaan siswa dan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling (sekarang profesi konseling), di lingkungan industri, lembaga, dan
militer untuk seleksi dalam rangka penerimaan dan penempatan pegawai.
Usaha-usaha itu umumnya bukan untuk menghasilkan tes baru atau asli melainkan
untuk mengadaptasikan tes-tes asing yang sudah ada. Pekerjaan adaptasi meliputi
penerjemahan dengan mempertimbangkan faktor sosial budaya setempat, uji
reliabilitas dan validitas.
Telah disebutkan
bahwa usaha penyusunan tes telah dirintis di Indonesia oleh sejumlah lembaga pendidikan tinggi sebagai dalam
rangka riset dan pengembangan. Di IKIP Malang (sekarang universitas negeri
Malang) telah melakukan usaha pengembangan tes, bermula dalam tahun 1967 yang
dilakukan atas kerja sama dengan ALRI untuk keperluan seleksi calon personil di
lingkungan ALRI (sekarang TNI AL).
Setelah itu,
usaha-usaha yang telah dilakukan berupa pengembangan tes prestasi belajar standar
untuk seleksi masuk perguruan tinggi, yang mencakup Bateri Tes Bakat
Okupasional yang terdiri atas Tes Bakat Personal-Sosial, Tes Bakat Mekanik, Tes
Bakat Niaga, Tes Bakat Klerikal, Tes Bakat Numerikal, dan Tes Bakat Berpikir
Ilmiah dalam tahun 1979 yang dilakukan oleh Raka Joni dan Djoemadi; validasi
dan penormaan tes PM (progressive
matrices) dan DAT (Defferential
Aptitude Test) dalam tahun 1990 dan 1992 (Munandir, 1995:12). Dalam
pengembangan tes PM dan DAT berhasil disusun norma dengan sampel siswa sekolah
menengah umum mencakup wilayah tujuh provinsi.
Untuk
mendukung program bimbingan dan konseling di sekolah (sekarang profesi
konseling) sejak tahun 1995 telah dilakukan beberapa angkatan program
sertifikasi tes psikologis bagi konselor pendidikan (yaitu para lulusan program
studi BP / PPB / BK) atas kerja sama IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia)
sekarang berubah menjadi ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia)
dengan program Pascasarjana IKIP Malang (sekarang universitas negeri Malang)
dan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah DepdikNas. Melalui usaha-usaha itu diharapkan semakin menguatkan
kegiatan pendukung program Bimbingan dan Konseling Pola 17 yaitu instrumentasi Bimbingan dan Konseling.
Pengertian Definisi Tes dalam Psikologi
·
Muhammad Baitul Alim · Ahad,
15 Nov 2009 06:17 WIB
|
suatu tes tidak lain dari sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan yang akan
memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subyek melakukan tugasnya.
Penjelasan ini mungkin terlalu sederhana,
karena pada kenyataannya tidak sembarang kumpulan pertanyaan cukup berharga
untuk dinamakan suatu alat tes. Banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi
terlebih dahulu agar pertanyaan itu dapat dinamai suatu alat tes.
·
Anne Anastasi (1976) mengatakan
bahwa tes pada dasarnya adalah suatu pengukuran yang obyektif dan standar
terhadap sampel perilaku.
·
Brown (1976) mengatakan bahwa
tes adalah suatu prosedur yang sistematis guna mengukur sample perilaku
seseorang. Nampaknya Brown menganggap bahwa cirri sistematis tersebut telah
mencakup pengertian obyektif, standar, dan syarat-syarat kualitas lainnya.
Dari batasan-batasan mengenai tes tersebut diatas, dapatlah kita
tarik kesimpulan pengertian, antara lain:
1. Tes adalah prosedur yang sistematis, artinya :
(a) item-item dalam tes
disusun dengan cara dan aturan tertentu,
(b) prosedur administrasi
dan pemberian angka (skoring) tes harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci
(c) setiap orang yang
mengambil tes tersebut harus mendapat item-item yang sama dan dalam kondisi
yang sebanding.
2. Tes yang berisi sampel perilaku, artinya :
a. betapapun panjangnya suatu tes isi yang
tercangkup didalamnya tidak akan lebih dari seluruh item
yang nubgkin ada
b. kelayakan suatu tes
tergantung pada sejauh mana item-item di dalam tes itu mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang
diukur.
3.Tes mengukur perilaku, artinya item-item dalam tes menghendaki
subyek agar menunjukkan apa yang
diketahui atau apa yang telah dipelajari subyek dengan cara menjawab item-item
atau mengerjakan tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes.
v Pengertian Asesmen
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli :
1.
Menurut Robert
M Smith (2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan
untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun
suatu rancangan pembelajaran.
2.
Menurut James
A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang
berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat
itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan
informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat
realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
3.
Menurut
Bomstein dan Kazdin (1985)
·
Mengidentifikasi masalah dan
menyeleksi target intervensi
·
Memilih dan mendesain program
treatmen
·
Mengukur dampak treatmen yang
diberikan secara terus menerus.
·
Mengevaluasi hasil-hasil umum
dan ketepatan dari terapi.
4.
Menurut Lidz
2003
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis
anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami
kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar