BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Manusia adalah makhluk
yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di muka bumi ini.
Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit
dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena
keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda
dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya
atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha
menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau
sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan
pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya
sendiri dan sesamanya.
Sekian banyak upaya
yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut
membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang
manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa
dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman
kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama
dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan
secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan psikologi kepribadian dan teori kepribadian?
2. Bagaimana
pendekatan teori kepribadian psikoanalisa menurut Sigmund Freud?
3. Bagaimana
pendekatan teori kepribadian behaviorisme menurut B.F. Skinner?
4. Bagaimana
pendekatan teori kepribadian humanistik menurut Abraham Maslow?
C.
TUJUAN
Penulisan ini memiliki
beragam tujuan yang ingin dicapai baik
penulis maupun pembaca. Tujuan tersebut antara lain :
1. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pengertian dari psikologi kepribadian dan teori
kepribadian.
2. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian psikoanalisa
menurut Sigmund Freud.
3. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian behaviorisme
menurut B.F. Skinner.
4. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian humanistik menurut
Abraham Maslow.
BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
DAN TEORI KEPRIBADIAN
A.
PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN SEBAGAI BIDANG STUDI
Pada tahun 1879,
psikologi merupakan satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu
bidang penting yang terdapat didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia
yang dikenal sebagai psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi
yang lain, psikologi kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi
pemahaman kita tentang manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan
menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian
empiris serta menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan.
Yang membedakan
psikologi kepribadian dengan bidang-bidang psikologi lainnya adalah usahanya
untuk mensitesiskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat pada
bidang-bidang psikologi lain tersebut.
Peneliti kepribadian
berusaha memformulasi konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa
menguraikan dan menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan
disatukannya. Dengan kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi
tingkah laku manusia merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli
psikologi kepribadian.
Dari penjelasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa psikologi kepribadian adalah bidang yang memiliki
daerah minat yang demikian luas di banding dengan bidang-bidang psikologi yang
lainnya. Sehingga psikologi kepribadian adalah studi yang mencakup sebagian
besar bidang psikologi. Hal ini terjadi karena tujuan utama dari studi
psikologi kepribadian adalah memahami manusia secara total ataupun menyeluruh.
B.
SASARAN-SASARAN
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Salah satu ciri yang
utama dari psikologi kepribadian adalah penggunaan konsep-konsep dan metode-metode
yang ilmiah dalam upaya memahami manusia. Yang mana dengan penggunaan
konsep-konsep dan metode-metode ilmiah tersebut psikologi kepribadian bisa
mencapai sasaran-sasarannya. Sasaran-sasaran dari psikologi kepribadian adalah
:
1.
Memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia.
2.
Mendorong individu –individu agar bisa hidup secara penuh dan memuaskan.
C. TEORI KEPRIBADIAN DAN FUNGSINYA
Teori
kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain
berkaitan mengenai tingkah laku manusia (Hall Lindzey, 1970).
Adapun
fungsi-fungsi yang harus dimiliki oleh setiap teori kepribadian adalah :
1.
Fungsi Deskriptif
(menguraikan atau menerangkan)
Fungsi
deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan
menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami individu secara
sistematis.
2.
Fungsi Prediktif
(meramalkan)
Fungsi
prediktif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa meramalkan tingkah laku,
kejadian, atau akibat-akibat yang belum muncul pada diri individu.
D. EVALUASI TEORI
KEPRIBADIAN
Disamping
fungsi deskriptif dan fungsi prediktif, teori kepribadian bisa dievaluasi
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu :
1.
Verifiabilitas
Kriteria
verifiabilitas menekankan bahwa teori kepribadian haruslah bertumpu pada
konsep-konsep yang jelas, didefenisikan secara eksplisit dan memiliki kaitan
yang logis satu sama lain, yang memungkinkan teori kepribadian ini bisa
diverifikasi (diperiksa) oleh para peneliti lain.
2.
Nilai Heuristik
Kriteria
ini mengevaluasi sampai sejauh mana suatu teori kepribadian dapat secara
langsung mengundang penelitian.
3.
Konsistensi Internal
Kriteria
ini menekankan bahwa suatu teori kepribadian janganlah mengandung pertentangan
didalamnya, serta teori kepribadian tersebut bisa menerangkan tingkah laku
secara konsisten.
4.
Kehematan
Kriteria
kehematan menekankan bahwa teori kepribadian harus disusun berdasarkan konsep
yang sesedikit mungkin, jadi, teori kepribadian dianggap lemah apabila menggunakan
konsep yang terlalun banyak.
5.
Keluasan
Kriteria
keluasan (comprehensiveness) ini menunjuk kepada bentangan dan keanekaragaman
fenomena yang bisa diliput oleh suatu teori kepribadian. Semakin luas suatu
teori kepribadian, maka akan semakin banyak pula fenomena atau dasar-dasar
tingkah laku yang diungkapkannya.
6.
Signifikansi Fungsi
Kriteria
yang terakhir ini menekankan bahwa teori kepribadian itu bisa dievaluasi dalam
rangka kegunaannya membantu oranng-orang dalam memahami tingkah laku manusia sehari-hari.
E. ARTI DAN DEFINISI
KEPRIBADIAN
1.
Kepribadian menurut
pengertian sehari-hari
Kata
personalit dalam bahasa Inggris
berasal dari bahasa latin persona. Pada
mulanya kata persona ini menunjuk
pada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi
dalam memainkan peran-perannya. Selanjutnya, kata persona ini berubah menjadi
satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh
individu dari kelompok atau masyarakatnya, yang mana individu tersebut
diharapkan bisa bertingkah laku berdasarkan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian
juga sering diartikan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri
individu, yang menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan
kesan bagi individu-individu lainnya.
2.
Kepribadian menurut
psikologi
Terdapat
beberapa defenisi kepribadian dari beberapa ahli psikologi, diantaranya adalah
:
a.
George Kelly
George
Kelly memandang Kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam
mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
b.
Gordon Allport
Gordon
Allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri
individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu
yang bersangkutan.
c.
Sigmund Freud
Sigmund
Freud mamandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
sistem, yakni id, ego dan super ego. dan tingkah laku menurut Freud merupakan hasil
dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TEORI KEPRIBADIAN
1.
Faktor-faktor historis
masa lampau
Teori
kepribadian telah dikenai pengaruh oleh semua faktor yang mempengaruhi
psikologi. Dari sekian banyak faktor historis yang berkaitan dan menghasilkan
psikologi, diantaranya terdapat empat faktor utama yang berpengaruh langsung
atas pembentukan teori kepribadian. Empat faktor tersebut adalah :
a.
Pengobatan Klinis Eropa
Pengobatan
klinis Eropa dapat dikatakan memiliki arti penting bagi teori kepribadian
karena peranannya dalam menciptakan iklim intelektual yang memungkinkan Freud
mengembangkan psikoanalisanya yang unik, yang mana teori psikoanalisa tersebut
merupakan salah satu aliran yang utama dan besar pengaruhnya dalam psikologi
modern.
b.
Psikometrik
Psikometrik
(pengukuran psikologi) digunakan untuk mengukur fungsi-fungsi psikologis
manusia seperti kecerdasan, bakat, minat, motif-motif dan trait-trait kepribadian.
c.
Behaviorisme
Behaviorisme
adalah salah satu aliran dalam psikologi, didirikan pada tahun 1913 oleh John
B. Watson (1878-1958).
Pengaruh
atau peranan behaviorisme dalam pembentukan teori kepribadian terletak pada
upaya dan anjuran-anjurannya untuk memandang dan meneliti tingkah laku secara
objektif. Penelitian-penelitian yang digunakan oleh para behavioris melalui
penggunaan eksperimen sebagai metodenya dan menggunakan hewan sebagai objek
percobaannya. Hal tersebut menjadikan behaviorisme tampil sebagai penyumbang
yang besar bagi terciptanya konsep-konsep tentang teori kepribadian yang bisa
di uji ketepatannya secara empiris, juga menciptakan teknik terapi baru yang
dikenal dengan istilah behavior therapy.
d.
Psikologi Gestalt
Psikologi
gestalt adalah salah satu aliran psikologi yang didirikan pada tahun 1912 oleh
Max Wertheimer (1880-1943) bersama-sama dengan Wolfgang Kohler (1887-1967) dan
Kurt Koffka (1886-1941). Yang mana ketiga tokoh tersebut berasal dari Jerman.
Prinsip
utama dari psikologi gestalt adalah prinsip bahwa suatu gejala atau fenomena
harus dan hanya bisa dimengerti sebagai suatu totalitas (keseluruhan). Prinsip
ini menentang elementalisme, yaitu paham yang mempelajari kesadaran dan tingkah
laku manusia dengan cara memecah-mecahnya ke dalam elemen-elemen atau
bagian-bagian. Prinsip gestalt ini dikenal dengan sebutan prinsip holistik
dengan para tokohnya yaitu Alfred Adler, Kurt Goldstein, Gordon Allport,
Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Prinsip
kedua dari psikologi gestalt adalah prinsip bahwa fenomena adalah data yang
mendasar bagi psikologi. Prinsip ini sejalan dengan prinsip filsafat dan
psikologi fenomenologi yang mengatakan bahwa fenomena harus dilihat apa adanya,
tanpa ada pengaruh atau campur tangan apapun dari pengamat. Implikasi dari
prinsip ini bisa ditemukan pada teori kepribadian dan teknik terapi Rogers.
Selain dua prinsip tersebut, masih banyak tema penting yang terdapat pada
psikologi gestalt yang menjadikan psikologi gestalt sebagai suatu aliran yang
unik dan berpengaruh. Tetapi dalam bab ini hanya dua prinsip yang dapat dan
perlu diungkapkan.
2.
Faktor-faktor
Kontemporer
Faktor-faktor
kontemporer yang mempengaruhi teori kepribadian itu berasal dari dalam maupun
luar psikologi. Dari dalam psikologi faktor-faktor itu muncul berupa perluasan
dalam area atau bidang studi. Contohnya seperti psikologi lintas budaya, studi
tentang proses-proses kognitif, motivasi, dll.
Dari
luar psikologi, faktor kontemporer yang berpengaruh tehadap teori kepribadian
sangatllah banyak. Sebagai contoh ialah pengaruh filsafat eksistensialisme.
Yaitu aliran filsafat yang menekankan kebebasan, penentuan diri dan keberubahan
manusia ini meninggalkan jejaknya yang nyata pada pemikiran para teoris kepribadian
yang berada dibawah payung eksistensial.
G. ANGGAPAN-ANGGAPAN DASAR
TENTANG MANUSIA
1.
Kebebasan –
ketidakbebasan
Anggapan
ini menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, bebas
mengambil sikap, dan bebas menentukan arah dari kehidupannya. Tetapi teoris yang lain juga beranggapan bahwa
manusia merupakan organisme yang tingkah lakunya dideterminasi (ditentukan)
oleh sejumlah determinan, determinan atau penentu bagi tingkah laku manusia
berada atau berasal dari dalam manusia itu sendiri, seperti naluri-naluri atau
dorongan-dorongan
2.
Rasionalitas –
irasionalitas
Masalah
dasar yang terdapat pada dimensi rasionalitas – irasionalitas menyangkut seberapa besar pengaruh atau
peranan akal dari dalam diri dan tingkah laku manusia. Anggapan-anggapan ini
menyatakan bahwa manusia itu sebagai makhluk yang rasional, namun ada pula yang
beranggapan bahwa manusia itu cenderung
makhluk yang irasional.
3.
Holisme – Elementalisme
Prinsip
holistik adalah sebuah prinsip yang berasal dari psikologi gestalt yang
menekankan bahwa suatu fenomena harus dilihat dan hanya bisa dimengerti dalam
keseluruhannya atau sebagai suatu totalitas. Sedangkan anggapan elementalistik
menekankan bahwa suatu hak hanya bisa dipelajari dan diterangkan dengan jalan
menyelidiki aspek-aspeknya secara terpisah.
4.
Konstitusionalisme –
environmentalisme
Teori
yang bisa dimasukkan dalam teori kepribadian konstitusionalis adalah teori
Freud mengenai naluri yang bersifat bawaan, teori lain yang bisa masuk teori
konstitusionalis ini adalah teori Maslow dengan kebutuhan bertingkatnya..
Sementara
itu, yang dimaksud dengan environmentalisme adalah paham yang menekankan
peranan lingkungan. Sebagai contoh adalah teori yang dikemukakan oleh John
Locke (1623-1704), yaitu teori tabula rasa.
5.
Berubah – tak berubah
Anggapan
dasar ini menyatakan bahwa adanya kemungkinan berubah-tidak berubahnya
kepribadian individu sepanjang hidupnya,
6.
Subjektivitas –
objektivitas
Anggapan
dasar tentang subjektivitas – objektivitas manusia bisa dinyatakan melalui
pertanyaan-pertanyaan apakah manusia itu hidup dalam pengalaman yang personal
atau subjektif dan tingkah lakunya dipengaruhi oleh subjektifitasnya itu, atau
apakah tingkah laku manusia itu justru ditentukan oleh faktor-faktor eksternal
dan objektif.
7.
Proaktif – reaktif
Pandangan
Proaktif – reaktif pada dasarnya mengacu
atau mempermasalahkan pada tingkah laku manusia , yang mana apakah penyebab
tingkah laku manusia itu didorong atau ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
internal (proaktif) ataukah oleh kekuatan-kekuatan eksternal (reaktif).
8.
Homeostatis –
heterostatis
Konsep
homeostatis menerangkan bahwa tingkah laku manusia terutama dimotivasi atau
digerakkan ke arah tegangan-tegangan internal yang terjadi akibat
ketidakseimbangan fisis, sehingga keseimbangan bisa dicapai kembali dan
terpelihara pada taraf yang optimal, sedangkan heterostatis menekankan bahwa
tingkah laku manusia itu terutama dimotivasi ke arah pertumbuhan, pencarian
stimulus, dan pengungkapan diri.
9.
Dapat diketahui – tidak
dapat diketahui
Anggapan
ini menyatakan bahwa upaya ilmiah (psikologi) hanya menghsilkan sedikit
pengetahuan tentang manusia, tetapai ada juga yang bertolak belakang dengan
anggapan ini, mereka beranggapan bahwa manusia akan bisa diketahui melalui
upaya ilmiah karena pada dasarnya manusia bertingkah laku seperti hukum alam
yang sama dengan makhluk hidup yang lainnya.
SIGMUND
FREUD: TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISA
A. KEPRIBADIAN DALAM TEORI
PSIKOANALISA
Dalam
teori psikoanalisa, kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri
dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem
kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu
totalitas.
1.
Id
Id/das es adalah sistem kepribadian yang
paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem
yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh
sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari
keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
Untuk
keperluan mencapai maksud dan tujuannya itu, id mempunyai perlengkapan berupa
dua macam proses, proses yang pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu
suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan
segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah
proses primer. Yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis
yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara
keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari
objek yang bisa mengurangi teganan.
2.
Ego
Ego
adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia
objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip
kenyataan.
Menurut
Freud, ego tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak
dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya
memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu..
Ego
dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah
organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi
yang paling dasar ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
3.
Superego
Superego/das
Uberich adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan
yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Adapun
fungsi utama dari superego adalah :
a.
Sebagai pengendali
dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut
disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
b.
Mengarahkan ego pada
tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
c.
Mendorong individu
kepada kesempurnaan.
B.
DINAMIKA
KEPRIBADIAN
Freud
menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan
sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan
naluri-nalurinya.
1.
Naluri
Menurut
Freud, naluri atau insting adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi
(keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya
suatu kebutuhan tubuh.
2.
Macam-macam naluri
Freud
berpendapat bahwa naluri-naluri yang ada pada manusia itu ada dua macam, yaitu
naluri-naluri kehidupan (life instincts) dan naluri-naluri kematian (death
instincts).
3.
Penyaluran dan
penggunaan energi psikis
Dalam
teori Freud dinamika kepribadian terdiri dari jalan tempat energi psikis
disalurkan dan digunakan oleh id, ego dan superego. Karena jumlah energi itu
terbatas, maka diantara ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu
terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Satu sistem ingin mengambil kendali
dan ingin memperoleh lebih banyak dari pada yang lainnya. Apabila salah satu
sistem memperoleh energi lebih banyak, maka sistem-sistem yang lain akan
kekurangan energi dan akan menjadi lemah, sampai energy baru ditambahkan kepada
sistem keseluruhan.
4.
Kecemasan
Freud
membagi kecemasan menjadi tiga jenis, yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotik,
dan kecemasan moral. Kecemasan real adalah kecemasan atau ketakutan individu
terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar, sedangkan yang
dimaksud dengan kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalikannya
naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Adapun
yang dimaksud kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan
superego atas ego individu yang telah
atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
5.
Mekanisme Pertahanan
Ego
Menurut
Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi yang digunakan individu untuk
mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id, maupun untuk menghadapi
tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau
diredakan.
Freud
menguraikan adanya tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
a. Represi
Represi
adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan
menekan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab
kecemasan tersebut kedalam tak sadar.
b. Sublimasi
Sublimasi
adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan
kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang
menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku) manusia yang bisa
diterima dan dihargai masyarakat.
c. Proyeksi
Proyeksi
adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan
kepada orang lain.
d. Displacement
Displacement
adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan pada objek atau
individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek
atau individu semula.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi
menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan
yang mengancam ego, melalui alas an tertentu yang seakan-akan masuk akal.
f.
Reaksi
formasi
Reaksi
formasi adalah reaksi dimana kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan
dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan
tingkah laku sebaliknya.
g. Regresi
Regresi
adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan
yang mengancam, kembali kepada taraf perkembangan yang lebih rendah serta
bertingkah laku seperti ketika dia berada dalam taraf yang lebih rendah itu.
C.
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Teori
psikoanalisa mengenai perkembangan kepribadian berlandaskan dua premis,
pertama, premis bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis
pengalaman masa kanak-kanak awal. Kedua, energy seksual (libido) ada sejak
lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang
bersumber pada proses-proses naluriah organism.
Freud
menyatakan bahwa pada manusia terdapat empat fase atau tahapan perkembangan
psikoseksual yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Empat
fase tersebut adalah :
a.
Fase Oral
Fase
oral adalah fase pertama yang berlangsung pada perkembangan kehidupan individu.
pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan paling peka adalah
mulut.yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau
minuman. Stimulasi atau perangsangan atas mulut merupakan tingkah laku yang
menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
b.
Fase Anal
Fase
anal dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga kehidupan. Pada fase ini
energy liibidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur,serta kesenangan dan
kepuasan diperoleh dengan tindakan mempermainkan atau menahan kotoran (faeces).
Pada fase ini pula, seorang anak diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan
yang disebut toilet training.
c.
Fase Falik
Fase
falik ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika
energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur kedaerah alat kelamin.
Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan
mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh kepuasan.
D. VALIDASI EMPIRIS ATAS
KONSEP-KONSEP PSIKOANALISA
Dalam
pembahasan berikut, akan diungkapkan beberapa penelitian yang dilakukan dalam
rangka menguji validitas konsep-konsep psikoanalisa. Penelitian-penelitian
tersebut adalah :
1.
Penelitian mengenai
represi.
2.
Kompleks kastrasi dan
penis envy dalam mimpi.
3.
Humor dan tertawa.
4.
Pemilihan anak
laki-laki versus anak perempuan.
E. PENERAPAN PSIKOANALISA
DALAM PSIKOTERAPI
1.
Penggunaan Asosiasi
Bebas
Dengan
menggunakan asosiasi bebas, pasien didorong untuk melepaskan seluruh refleksi
kesadarannya, mengikuti pemikiran dan perasaannya secara spontan. Sehingga
pengungkapan hal-hal yang terlintas dalam
pikiran pasien tersebut berjalan dengan lancar.
Asosiasi
bebas bertumpu pada anggapan bahwa satu asosiasi mengarahkan pada hal-hal lain
yang terdapat jauh dialam tak sadar. Asosiasi yang diucapkan oleh pasien
ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar atau berkedok dari pemikiran atau
perasaan yang direpres.
2.
Analisis Mimpi
Freud
memandang mimpi sebagai jalan utama menuju kea lam tak sadar karena dia melihat
isi mimpi ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres. Mimpi juga bisa
ditafsirkan sebagai pemuasan simbolis dari keinginan-keinginan, dan isinya
sebagian merefleksikan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal.
3.
Analisis Transferensi
Transferensi
adalah fenomena saat pasien menggunakan mekanisme pertahanan ego, dimana impuls
tak sadar dialihkan sasarannya dari objek satu ke objek lainnya.
Dalam
fenomena transferensi, pasien akan mengalami neurosis transferensi, dimana
neurosis transferensi ini membantu memperoleh pemahaman atas cara-cara pasien
dalam mengamati, merasakan dan bereaksi terhadap figur orang-orang yang berarti
pada awal kehidupannya.
4.
Reedukasi
Reedukasi
bukanlah suatu teknik terapi psikoanalisa, melainkan suatu upaya mendorong
pasien agar memperoleh pemahaman baru atas kehidupan yang dijalaninya.
Reedukasi ini dilakukan pada tahap akhir
dari terapi.
B.F. SKINNER: TEORI
KEPRIBADIAN BEHAVIORSME
A.
PENDEKATAN
PSIKOLOGI SKINNER
1. Tentang
Otonomi Manusia
Skinner menolak seluruh
penguraian tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan agen hipotesis yang
terdapat dan menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya. Menurut
Skinner mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran
animisme. Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri
manusia yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam
bertingkah laku. Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada pengetahuan
kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi
apabila kita mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat
bahwa kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian, keadaan
jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau prasyarat-prasyarat
lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai tingkah
laku manusia.
2. Penolakan
atas penguraian fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya
bahwa jawaban akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan bisa ditemukan
dalam laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau
konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar
berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol
tingkah laku.
3. Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan
bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan
bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut Skinner,
ilmu pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya
tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data
yang bertujuan untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri
(dalam psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian
menurut perspektif behviorisme
Menurut Skinner,
individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya
melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat
kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas
secara bersama menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada
individu tersebut.
Bagi Skinner, studi
tentang kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara
tingkah laku organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
B.
PENGONDISIAN
OPERAN
Skinner membedakan dua
tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya,
tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh
stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons.
Tingkah laku responden
yang tarafnya lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa
dikondisikan.
1. Mencatat
tingkah laku operant
Skinner beranggapan
bahwa hukum-hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan
memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi
probabilitas kemunculan respons dilain waktu dari pada menciptakan stimulus
spesifik yang memacu respons.
Dalam pengondisian
operant, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku
itu muncul. Karena sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan
merespon dari organisme (jumlah respon yang dihasilkan dari waktu tertentu).
Pengondisian operan ini
memungkinkan peneliti bisa menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel
(penguatan atau hukuman) mengetahui tingkah laku operan dalam periode yang
diperpanjang.
2. Jadwal
perkuatan
Inti dari pengondisian
operan menunjukkan bahwa tingkah laku yang diberi penguatan akan cenderung
diulang. Sebaliknya, tingkah laku yang tidak diberi penguatan (dihukum) akan
cenderung dihentikan oleh organisme.
Selanjutnya, yang
dimaksud dengan jadwal perkuatan itu sendiri adalah aturan yang menentukan
dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan
Dalam system Skinner,
terdapat beberapa jadwal perkuatan yang bebeda, yang kesemuanya bisa
dikategorikan menurut dua dimensi dasar, yaitu :
a. Perkuatan
yang diberikan hanya setelah organisme melalui interval waktu (disebut jadwal
perkuatan interval).
b. Perkuatan
yang diberikan hanya setelah organisme menunjukkan sebuah respons (disebut
jadwaL perkuatan perimbangan).
3. Tingkah
laku takhyul
Pengondisian operan ini
diantarai oleh kausal-temporal antara tingkah laku organisme dan
konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkannya. Tetapi sering terjadi kaitan antara
respons dan hasil yang mengikutinya muncul semata-mata karena kebetulan.
Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respon perkuatan kebetulan itu
disebut juga tingkah laku takhyul. Menurut Skinner, tingkah laku takhyul akan
muncul dalam keadaan individu percaya bahwa tingkah laku tertentu yang
diungkapkannya merupakan penyebab dari kejadian yang telah dan akan dialaminya.
Skinner juga
mengemukakan bahwa tingkah laku takhyul itu tidak hanya merupakan hasil dari
pengalaman pribadi atau kisah pengondisian individual, melainkan banyak
diantaranya yang berasal dari pengalaman bersama dan turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
4. Shaping
Shaping adalah
pembentukan suatu respons melalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain
yang mengarah atau mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Dengan demikian,
peneliti bisa mpemperpendek waktu yang bisa diperlukan untuk mengondisikan
respons, dan bisa juga meningkatkan rentang dari tungkah laku operan yang tidak
bisa dicapai melalui pengondisian standar yang kaku.
5. Pemerkuat
sekunder
Skinner berpendapat
bahwa pemerkuat itu terdiri dari dua jenis, yakni pemerkuat primer dan
pemerkuat sekunder. Pemerkuat primer (pemerkuat tak berkondisi) adalah kejadian
atau objek yang memiliki sifat memperkuat secara inheren. Sedangkan pemerkuat
sekunder adalah hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons
melalui kaitan yang erat dengan
pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian atas proses belajar pada
organisme. Perubahan kecil dalam prosedur standar pengondisian operan menunjukkan
bagaimana stimulus netral bisa memperoleh daya atau nilai pemeerkuat bagi suatu
tingkah laku. Halm yang paling penting bagi pemerkuat sekunder adalah
kecenderungannya untuk digeneralisasikan apabila dipasangkan dengan lebih dari
satu pemerkuat primer.
Skinner menyatakan
bahwa pemerkuat sekunder memang memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan
pengendalian tingkah laku. Tetapi, karena masing-masing individu mempunya
pengalaman yang berbeda, maka nilai pemerkuat sekunder itu belum tentu sama
bagi semua orang.
6. Penggunaan
stimulus aversif
Stimulus aversif adalah
stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu dihindari oleh
organisme. Skinner menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda sehubungan
dengan penggunaan stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment)
dan perkuatan negatif
7. Generalisasi
dan diskriminasi stimulus.
Generaslisasi stimulus
adalah kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat
dari satu situasi stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan diskriminasi stimulus adalah suatu proses belajar bagaimana
merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda.
C.
VALIDASI
EMPIRIS ATAS TEORI BELAJAR SKINNER
Validasi empiris atas
teori belajar Skinner bisa diketahui dari berbagai pendapat Skinner, meliputi :
1. Metode
penelitian Skinner
2. Terapi
tingkah laku, dan
3. Penanggungan
masalah perkawinan
D.
PENERAPAN:
DUNIA SEBAGAI KOTAK SKINNER
1. Teknologi
tingkah laku
Menurut Skinner,
seluruh masalah utama yang dihadapi dunia modern dewasa ini adalah menyangkut
tingkah laku manusia. Yang mana masalah tersebut tidak akan bisa teratasi jika
hanya mengandalkan fisika atau kimia. Yang dibutuhkan justru teknologi tingkah
laku. Dengan kata lain, untuk memahami tingkah laku manusia kita harus melihat
faktor-faktor penyebab yang sesungguhnya, yaitu faktor lingkungan.
Skinner beranggapan
bahwa sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling
menghambat atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan
kemuliaan:.
2. Kebebasan
Menurut Skinner manusia
dan kemanusiaan tidak akan sepenuhnya lepas dari kendali lingkungan, melainkan
hanya lepas dari pengendali-pengendali tertentu. Untuk memperbaiki keadaan
manusia, manusia itu sendiri harus menghentikan usaha pencarian kebabasan yang
sia-sia, dan memusatkan perhatian ilmiah kepada perubahan drastis dari
struktur-struktur sosial.
3. Kemuliaan
Konsep mengenai
kemuliaan manusia (human dignity) adalah menyangkut penghormatan dan
pemeliharaan martabat manusia. Menurut Freud penganut konsep tersebut menentang
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkah laku, sebab mereka dihambat
oleh ilusi mengenai kemuliaan dan tanggung jawab manusia otonom itu. Oleh
karena itu konsep kemuliaan menghambat kemajuan manusia. Dan jika kita ingin
membangun konsep dunia versi skinner, konsep kemuliaan harus dibuang bersama
konsep kebebasan.
4. Hukuman
Skinner menentang
hukuman tidak hanya karena hukuman itu berasal dari konsep yang keliru mengenai
tingkah laku manusia. Tetapi juga hukuman itu bersifat tidak efektif. Selain
itu, menurut Skinner bahwa salah satu tugas utama kita adalah membuat kehidupan
kurang dari hukuman dengan merancang masyarakat yang tidak perlu menggunakan
hukuman sebagai pengendali tingkah laku para anggotanya.
5. Alternatif
dari Hukuman
Skinner menyatakan
bahwa alternatif-alternatif lain dari
hukuman itu tidak efektif. Selain itu alternatif lain dari hukuman dipraktekkan
secara kaku. Alternatif-alternatif itu menurut Skinner antara lain permissiveness, bimbingan dan metode
“mengubah pikiran”. Permissiveness atau
kebijakan membiarkan adalah cara yang tidak efektif disebabkan kebijakan
semacam ini meninggalkan aspek-aspek lain dari pengendalian lingkungan.
6. Nilai-nilai
Menurut Skinner,
memutuskan atau menilai suatu hal sebagai baik atau buruk mengandung arti
mengklasifikasikan suatu hal tersebut ke dalam rangka efek-efek memperkuatnya.
Tegasnya, sesuatu yang baik adalah sesuatu yang memperkuat secara positif.
Sedangkan sesuatu itu dikatakan buruk apabila memperkuat secara negatif.
Sasaran umum yang dimaksud Skinner dalam hal ini adalah untuk menciptakan
masyarakat yang seimbang. Dimana masing-kmasing orang diperkuat atau memperoleh
perkuatan secara maksimal.
7. Evolusi
Kebudayaan
Penciptaan utopia
behaviorisme menuntut pemahaman mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan atau
lingkungan-lingkungan sosial berkembang. Menurut Skinner, peranan teknologi
tingkah laku dalam pemeliharaan kelangsungan kebudayaan itu adalah membantu
percepatan evolusi kebudayaan.
8. Perancangan
kebudayaan
Skinner mangajukan
gagasan tentang perancangan kebudayaan menurut prinsip behaviorisme. Menurut
Skinner, kebudayaan mirip dengan kotak eksperimen yang sering ia gunakan dalam
penyelidikan tingkah laku. Karena pada keduanya terdapat keniscayaan-keniscayaan
dari perkuatan. Skinner juga beranggapan bahwa, rancangan kebudayaan ilmiah itu
hanyalah satu cara dari kita untuk memelihara kelangsungan kebudayaan dan
kehidupan kita sendiri. Kebudayaan kita, yang telah menghasilkan ilmu pengetahuan
dan teknologi perlu menyelamatkan dan diselamatkan pengelolanya melalui
tindakan-tindakan yang efektif
9. Penghapusan
konsep manusia otonom.
Skinner menegaskan
perlunya penghapusan konsep manusia otonom, karena keberadaan manusia otonom
berikut atribut-atribut mentalnya sangan kabur, menurut Skinner, pada
gilirannya konsep manusia otonom itu setahap demi setahap harus dihapuskan dan
digantikan oleh konsep dan upaya pengendalian tingkah laku.
ABRAHAM MASLOW: TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
A.
EKSISTENSIALISME
DAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Eksistensialisme adalah
aliran filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu yang dan sebagai
problema yang unik dengan keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme,
manusia adalah hal yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari
penuh akan keberadaannya. Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa setiap
individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib
atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya
itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren Kierkegarrd,
Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, Camus,
Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini
menarik bagi para ahli psikologi humanistik. Para ahli humanistic pun
menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya
sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, beabas meilih atau menentukan setiap
tindakannya.
Konsep penting lainnya
bagi psikologi humanistik yang diambil dari eksistensialisme adalah konsep
kemenjadian (becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak pernah diam, tetapi
selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
B.
AJARAN-AJARAN
DASAR PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Individu
sebagai keseluruhan yang integral
Salah satu aspek yang
fundamental dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau
individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan
terorganisasi.
2. Ketidakrelevanan
penyelidikan dengan hewan
Para psikologi
humanistic mengingatkan tentang adanya perbedaan antara manusia dengan hewan.
Maslow menegaskan bahwa penyelidikan manusia dengan hewan tidak relevan bagi
upaya memahami tingkah laku manusia karena mengabaikan ciri-ciri yang khas pada
manusia.
3. Pembawaan
baik manusia
Psikologi humanistik
memiliki anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik. Kekuatan jahat
atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk,
bukan merupakan bawaan.
4. Potensi
kreatif manusia
Salah satu prinsip dari
psikologi humanistic adalah bahwa potesnsi kreatif merupakan potensi umum yang
ada pada manusia. Maslow juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang kehilangan
kreativitasnya menjadikan mereka ”tak
berbudaya”
5. Penekanan
pada kesehatan psikologis
Psikologi humanistik
memandang self-fulfillment sebagai
tema yang utama dalam hidup manusia. Suatu tema yang tidak akan ditemukan pada
teori lain yang berlandaskan studi atas individu yang mengalami gangguan.
C.
TEORI
KEBUTUHAN BERTINGKAT
Menurut maslow, bagi
manusia kepuasan itu bersifat sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan,
maka kebutuhan-kebutuhan lain akan menutut pemuasa,. begitu setersunya.
Berdasarkan ciri demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada
pada manusia adalah merupakan bawaan dan tersusun menurut tingkatan
(bertingkat). Kebutuhan yang tersusun bertingkat itu dirinci kedalam lima
tingkat kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan-kebutuhan
dasar fisiologis
2. Kebutuhan
akan rasa aman
3. Kebutuhan
akan cinta dan memiliki
4. Kebutuhan
akan rasa harga diri, dan
5. Kebutuhan
akan aktualisasi diri.
Menurur Maslow, ke
butuhan yang ada di tingkat dasar pemuasannya lebih mendesak dari pada
kebutuhan yang ada di atasnya. Susunan kebutuhan dasar yang bertingkat itu
merupakan organisasi yang mendasari manusia. Dengan melihat kebutuhan individu
tersebut, kita bisa melihat kualitas perkembangan kepribadian individu
tersebut. Semakin individu itu mampu memuaskan kebutuhannya yang tinggi, maka
individu itu akan semakin semakin mampu mencapai individualitas, matang dan
berjiwa sehat.
Maslow mengingatkan
bahwa dalam pemuasan kebutuhan itu tidak sselalu kebutuhan yang ada di bawah
lebih penting atau didahulukan dari kebutuhan yang ada diatasnya. Tetapi tentu
saja hal tersebut merupakan suatu kekecualian, karena secara umum kebutuhan
yang lebih rendah pemuasannya lebih mendesak dari pada kiebutuhan yang lebih
tinggi.
D.
MOTIF
KEKURANGAN DAN MOTIF PERTUMBUHAN
Maslow membagi
motif-motif manusia kedalam dua kategori, yakni motif kekurangan (deficite motive)
dan motif pertumbuhan (growth motive). Motif-motif kekurangan menyangkut
kebutuhan fisiologis dan rasa aman.. sasaran utama dari motif kekurangan ini
adalah mengatasi peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan
kekurangan. Motif-motif kekurangan ini menjadi penentu yang mendesak bagi
tingkah laku individu. ia mengajukan lima criteria atau ciri dari motof
kekurangan, yakni :
1. Ketiadaan
pemuasnya membuat sakit
2. Adanya
atau kehadiran pemuasnya mencegah sakit
3. Perbaikan
atau pengadaan pemuasnya meyembuhkan sakit
4. Di
bawah kondisi memilih, pemenuhan motif kekurangan akan diutamakan
5. Motif-motif
kekurangan tidak begitu dominan pada orang sehat
Berbeda dengan motif kekurangan, motif pertumbuhan adalah
motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan potensi-potensinya. Arah dari
motif pertumbuhan ini adalah memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar
dan pengalaman dan karenanya juga member
semangat hidup. Maslow mengemukakan bahwa motif-motif pertumbuhan pada manusia
adalah nalurian dan inheran. Karena itu motif pertumbuhan harus terpuaskan
apabila kesehatan psikologis ingin terpelihara dan perkembangan yang maksimal
ingin dicapai.jika tidak terpuaskan, maka individu tersebut akan sakit secara
“psikologi”, “penyakit” tersebut oleh Maslow disebut metapatologi.
Di bawah ini adalah
tabel penjelasan dari motif-motif pertumbuhan dan bentuk-bentuk metapatologi
yang mungkin muncul.
Motif
pertumbuhan
|
Metapatologi
|
·
Kebenaran
·
Keindahan
·
Keunikan
·
Kesempurnaan
·
Keadilan
·
Semangat
·
Kebajikan
·
Kesederhanaan
|
·
Kehilangan
kepercayaan, sinisme, ekeptisisme.
·
Kekasaran,
kehilangan rasa keindahan, kesuraman.
·
Kehilangan
rasa diri dan individualitas.
·
Ketidakberdayaan,
kekacauan, ketidakterkendalikan.
·
Ketidakadilan,
egosentrisme, sinisme.
·
Kehilangan
semangat hidup, depresi.
·
Kebencian,
kejijikan, pementingan diri sendiri.
·
Keruwetan,
kebingungan, kekalapan, kehilangan orientasi.
|
E.
VALIDASI
EMPIRIS ATAS TEORI KEPRIBADIAN MASLOW
Usaha-usaha untuk
menguji atau membuktikan teori Maslow, terutama dipusatkan pada dua konsep,
yaitu :
1. Pengujian
atas konsep kebutuhan bertingkat
2. Pengukura
n dan alat ukur aktualisasi diri
Perhatian dan usaha
empiris hanya ditujukan kepada kedua konsep tersebut karena keduanya telah
member sumbangan yang besar terhadap psikologi dan teori kepribadian.
F.
PENERAPAN:
AKTUALISASI DIRI SEBAGAI CORAK HIDUP IDEAL
Dalam pencapaian
aktualisasi diri, memerlukan banyak syarat yang tidak mudah untuk dipenuhi.
Maslow menyebutkan syarat yang paing pertama dan utama bagi pencapaian
aktualisasi diri adalah terpuaskannya kebutuhan-kebutuhan dasar dengan baik.
Tetapi di lain pihak, Maslow juga menyebutkan bahwa pengetahuan mengenai ciri
orang yang self-actualized memiliki arti penting, yakni sebagai patokan
atau standar untuk mengukur kemajuan diri, sekaligus sebagai standar untuk
perbaikan diri dengan harapan bisa mencapai taraf hidup yang ideal. Ciri-ciri
orang yang self actualized yang
dimaksud Maslow adalah :
1. Mengamati
realitas secara efisien
2. Penerimaan
atas diri sendiri, orang lain, dan kodrat
3. Spontan,
sederhana, dan wajar
4. Terpusat
pada masalah
5. Pemisahan
diri dan kebutuhan privasi
6. Kemandirian
dari kebudayaan dan lingkungan
7. Kesegaran
dan apresiasi
8. Pengalaman
puncak atau pengalaman mistik
9. Minat
sosial
10. Hubungan
antar-pribadi
11. Berkarakter
demokratis
12. Perbedan
antara cara dan tujuan
13. Rasa
humor yang filosofis
14. Kreativitas
15. Penolakan
enkulturasi
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Psikologi merupakan
satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang
terdapat didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia yang dikenal sebagai
psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi yang lain, psikologi
kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang
manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan menggunakan
konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian empiris serta
menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan
Peneliti kepribadian
berusaha memformulasi konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa
menguraikan dan menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan
disatukannya. Dengan kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi
tingkah laku manusia merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli
psikologi kepribadian.
Konsep-konsep atau
rumusan-rumusan teoritis yang diuraikan dalam buku ini diantaranya adalah teori
kepribadian psikoanalisa menurut Sigmund Freud, teori kepribadian behaviorisme
menurut B.F. dan teori kepribadian humanistik menurut Abraham Maslow.
B.
SARAN
Sebagai calon konselor
– mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling – sudah seharusnya kita menguasai
tentang teori-teori kepribadian dari berbagai orientasi dan pendekatan.
Materi dalam makalah
ini diharapkan dapat mengantarkan calon konselor untuk menguasai landasan
keilmuan dalam menjalankan praktek konseling atau dalam menjalankan tugas-tugas
profesionalnya.
Dengan menguasai
teori-teori kepribadian, diharapkan para konselor dapat bekerja dengan cara
yang lebih efektif dan efisien , serta menghindarkan konselor untuk bekerja
dengan cara-cara yang tidak ilmiah dan tidak disertai dengan dasar keilmuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Koeswara,
E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar