1.Biografi Clark Leonard Hull
Clark L. Hull (1884-1952) meraih gelar Ph. D. dari university of Wisconsin pada 1918, tempat
dia mengajar dari 1916 sampai 1929. Pada tahun 1929 dia pindah ke Yale dan tetap di sana sampai
meninggal. Karier Hull dapat dibagi menjadi tiga bagian terpisah, yaitu
perhatian utama pertamanya adalah tes bakat dan kecakapan, perhatian kedua Hull
adalah hypnosis, dan perhatian ketiganya, dan karya yang membuat terkenal
adalah studi proses belajar. Buku buatan
pertama Hull mengenai belajar, principles
of behavior (1943) mengubah studi tentang belajar secara radikal. Karya ini
adalah usaha pertama untuk mengaplikasikan teori ilmiah yang komprehensif ke
dalam studi fenomena psikologis yang kompleks. Hull adalah orang pertama yang
menggunakan teori yang kukuh untuk mempelajarai dan menjelaskan proses belajar.
Atas usahanya, Hull menerima warren Medal pada 1945 dari society of
Experimental Psychology.
Hull menderita cacat fisik yaitu kelumpuhan sebagian
karena polio sejak kecil. Pada 1948 di terkena serangan jantung koroner dan
empat tahun kemudian dia meninggal. Dalam buku terakhirnya (behavior system), dia mengekspresikan
penyelasannya karena buku ketiga tentang belajar yang ingin ditulisnya tidak
pernah terwujud.
Walaupun Hull merasa teorinya belum lengkap, namun
teorinya sangat berpengaruh terhadap teori belajar di seluruh dunia. Clark Hull
adalah kontributor
utama untuk pengetahuan kita tentang proses belajar. Tujuan teori Hull adalah
menjelaskan perilaku adaptif dan untuk memahami variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Dapat dikatakan bahwa Hull tertarik untuk menyusun sebuah
teori yang menjelaskan bagaimana kebutuhan tubuh, lingkungan dan perilaku
saling berinteraksi untuk meningkatkan probabilitas survival organisme.
2.Pendekatan teorisasi Hull
Sebagai langkah pertama dalam menyusun teorinya, Hull
menyelesaikan ulasan mendalam terhadap riset-riset tentang belajar yang sudah
ada. Kemudian dia berusaha meringkaskan temuannya itu. Pendekatah Hull dalam
membangun suatu teori dinamakan hypothetical deductive (deduksi
hipotesis) atau logical deductive.
Setiap teori ilmiah hanyalah alat yang membantu periset
dalam mensintesiskan fakta dan dalam memahami ke mana mesti mencari informasi
baru. Nilai dasar dari teori ditentukan oleh seberapa kuatkan ia bersesuaian
dengan fakta yang teramati atau dalam kasus ini dengan hasil eksperimen.
Otoritas utama dalam ilmu pengetahuan ilmiah adalah dunia empiris. Meskipun
teori Hull dapat sangat abstrak, ia tetap harus memberi pernyataan tentang
kejadian yang dapat diamati. Seberapa pun abstraknyasuatu teori, ia pada
akhirnya mesti menghasilkan proposisi yang dapat diverifikasi secara empiris.
3.Konsep Teoritis Utama
Teori Hull mengandung struktur postulat dan teorema yang
logis mirip seperti geometri Euclid. Postulat-postulat itu adalah pernyataan
umum tentang perilaku yang tidak dapat diverifikasi secara langsung, meskipun
teorema yang secara logis berasal dari postulat itu dapat diuji. Pertama-tama
kita akan mendiskusikan enam belas postulat utama Hull yang dikemukakan pada
1943, dan kemudian kita akan melihat ke revisi utama yang dilakukan Hull pada
1952.
Postulat
1: Sensing the external environment and
the Stimulus Trace. Stimulasi eksternal memicu dorongan neural
(sensoris) afferent, yang bertahan
lebih lama ketimbang stimulasi environmental. Jadi, Hull mempostulatkan adanya
suatu stimulus traces (jejak stimulus) yang bertahan selama beberapa
detik setelah kejadian stimulus berhenti. Karena dorongan neural afferent ini menjadi diasosiasikan
dengan suatu respons, Hull mengubah rumusan S-R tradisional menjadi S-s-R.
jejak stimulus pada akhirnya menyebabkan reaksi neural efferent (motor) (r) yang menghasilkan respons tegas. Jadi kita
punya S-s-r-R, di mana S adalah stimulasi eksternal, s adalah jejak stimulus, r
adalah pengaktifan neuron motor, dan R adalah respons yang jelas.

Postulat 3: Unlearned behavior. Hull percaya bahwa
organisme dilahirkan dengan hierarki respons, unlearned behavior
(perilaku yang tak dipelajari), yang akan aktif jika dibutuhkan. Misalnya, jika
suatu objek asing masuk mata, maka secara otomatis akan berkedip-kedip dan
keluarlah air mata. Jika suhu melebihi suhu yang optimal bagi fungsi tubuh,
maka tubuh akan berkeringat. Demikian pula, rasa sakit, lapar, atau haus akan
memicu respons bawaan tertentu yang berprobabilitas tinggi mereduksi efek dari
kondisi-kondisi tersebut.
Postulat 4: contiguity and Drive reduction as Necessary conditions for Learning.
Jika satu stimulus menimbulkan respons dan jika respons itu bisa memuaskan
kebutuhan biologis, maka asosiasi antara stimulus dan respons akan diperkuat.
Semakin sering stimulus dan respons yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan dipasangkan,
semakin kuat hubungan antara stimulus dan respons tersebut. Reinforcement
(penguatan) primer menurut Hull harus memuaskan kebutuhan, atau apa
yang oleh Hull dinamakan drive reduction (reduksi dorongan).
Postulat 2 juga mendeskripsikan reinforce (penguat) sekunder sebagai
“stimulus yang diasosiasikan secara erat dan konsisten dengan pengurangan
kebutuhan. Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa jika satu stimulus diikuti
dengan satu respons, yang pada gilirannya diikuti dengan penguatan (entah itu primer
atau sekunder), asosiasi antara stimulus dan respons akan menguat. Juga dapat
dikatakan bahwa “kebiasaan” (habit)
memberi respons terhadap stimulus itu akan menjadi lebih kuat. Istilah yang
dipakai Hull, habit strength (kekuatan kebiasaan [SHR ] ).

Postulat 6: Stimuli associated with drives. Definisi
biologis dalam organisme akan mengahsilkan drive (dorongan[D]), dan setiap
dorongan diasosiasikan dengan stimuli spesifik. Contohnya adalah rasa perut
lapar yang mengiringi dorongan lapar, dan mulut kering, bibir kering, dan
tenggorokan kering yang mengiringi dorongan haus. Adanya stimuli dorongan
spesifik memungkinkan kita untuk mengajari hewan agar nberperilaku tertentu di
dalam satu keadaan dorongan dan berperilaku lain dalam keadaan dorongan lain.
Misalnya, hewan bisa diajari berbelok ke kanan dalam jalan berbentuk T apabila
ia lapar dan berbelok kiri jika ia haus.
Postulat 7: Reaction as a Function of Drive and habit strength.
Kemungkinan respons yang dipelajari akan terjadi pada satu waktu tertentu
dinamakan reaction potential (potensi reaksi [SER]).
Potensi reaksi adalah fungsi dari kekuatan kebiasaan [SHR ] dan dorongan (D). agar respons yang
terjadi, [SHR ] harus diaktifkan oleh D. Dorongan tidak
mengarahkan perilaku; ia hanya membangkitkannya dan mengintensifkannya. Tanpa
dorongan, hewan tidak akan melakukan respons yang telah dipelajari meskipun
telah ada banyak pasangan yang diperkuat antara stimulus dan respons.
Postulat 8: Responding Causes Fatigues, Which Operates Against the Elicitation of a
Conditional Response. Respon memerlukan kerja, dan kerja
menyebabkan keletihan. Keletihan pada akhirnya akan menghambat respons. Reactive
Inhibition (hambatan reaktif [IR]) disebabkan oleh kelelahan
akibat aktivitas otot dan kegiatan dalam menjalankan tugas. Karena bentuk
penghambat ini berhubungan dengan keletihan, maka ia secara otomatis akan
hilang jika organisme berhenti beraktivitas.
Postulat 9: the Learned Response of Not Responding.
Kelelahan adalah pendorong negative, dan karenanya tidak memberikan respons
akan menghasilkan penguatan. Tidak member respon akan menyebabkan IR menghilang,
dan karenanya mengurangi dorongan kelelahan. Respons untuk tidak merespons ini
dinamakan conditioned inhibitattion (SIR) (hambatan
yang dikondisikan)
Postulat 10: Factors Tending ti Inhibit a
Learned respons Change from Moment to Moment. Menurut
Hull, ada “potensi penghambat” yang bervariasi dari satu waktu ke waktu lainnya
dan menghambat munculnya respons yang telah dipelajari. “potensi penghambat”
ini dinamakan oscillation effect (efek guncangan [SOR]
).











4.Perbedaan Utama
Antara Teori Hull Tahun 1943 Dengan 1952 Motifasi Insentif (K)
Dalam teorinya tahun 1943, Hull
membahas besaran penguatan sebagai variabel pengajar. Semakin besar jumlah
penguatan, semakin besar jumlah reduksi
dorongan, dan karenanya semakin besar peningkaran dalam SHR.
Eksperimen mengindifikasikan bahwa kinerja berubah secara dramatis saat
besarnya penguatan divariasikan setelah belajar
selesai. Misalnya, ketika hewan dilatih untuk barlari lurus untuk mendapaan
suatu penguat kemudian dialihkan untk mendapatkan penguat yang lebih besar,
kecepatannya larinya tiba-tiba bertambah. Ketika hewan yang dilatih dengan
penguat yang besar dialihkan dengan penguat yang lebih kecil, kecepatan yang
lainnya menurun. Crespi (1942, 1944) dan Zeaman (1949) adalah dua eksperimanter
awal yang menemukan bahwa kinerja berubah secara radikal ketika basaran
penguatan diubah.
Perubahan kinerja setelah perubahan besaran penguatan
tidak dapat dijelaskan dalam term perubahan SHR karena
perubahan itu terlampau cepat. Kecuali satu atau lebih faktor beroperasi
melawan SHR, nilainya tidak akan turun. Hasil yang sering
dijumpai oleh Crespi dan Zaeman
menyebabkan Hull mengambil kesimpulan bahwa organisme belajar sama cepatnya
untuk insentif kecil dan insentif besar, namun binatang melakukannya (to
perform) secara berbeda sesuai dengan variasi besarnya insentif (K). Perubahan
kinerja yang cepat setelah adanya perubahan ukuran penguatan ini disebut sebagai
Crespi effect (efek Crespi).
5.Dinamisme
Intensitas-Stimulus
Menurut Hull, stimulus-intensity dynamism
(dinamisme intensitas-stimulus [V]) adalah variabel pengintervensi yang
bervariasi menurut intensitas stimulus eksternal (S). Secara sederhana dinamisme
intensitas-stimulus menunjukkan bahwa semakin besar intensitas dari suatu
stimulus, semakin besar kemungkinan munculnya respons yang telah dipelajari.
Jadi, kita harus merevisi rumus Hull awal untuk potensi reaksi sementara:

Menarik untuk dicatan bahwa karena SHR,
D, V, dan K dikalikan bersama-sama, maka jika salah satu dari nilai ini adalah
nol.
a.Perubahan dari
Reduksi Dorongan ke Reduksi Stimulus Dorongan
Pada awalnya Hull menganut teori
reduksi belajar, namun kemudian dia merevisinya menjadi teori drive
stimulus reduction (reduksi stimulus dorongan) dalam belajar. Salah
satu berubahan ini adalah kesadaran bahwa jika hewan yang haus diberi air
sebagai penguat agar melakukan beberapa tindakan, akan dibutuhkan banyak waktu
untuk memuaskan dorongan haus ini. Efek dari penyerapan air akhirnya mencapai
ke otak, dan akhirnya dorongan haus akan berkurang. Hull menyimpulkan bahwa
reduksi dorongan tidak memadai untuk menjelaskan proses belajar. Yang
dibutuhkan untuk menjelaskan belajar adalah sesuatu yang terjadi setelah
penyajian penguat, dan sesuatu itu adalah reduksi drive stimulus (stimuli
dorongan [SD]).
Alasan perubahan teori reduksi
dorongan ke reduksi stimulus dorongan diberikan oleh Sheffield dan Roby (1950),
yang menemukan bahwa tikus yang lapar diperkuat oleh sakarin yang tidak
mengandung nutrisi, yang tidak mungkin mereduksi dorongan lapar.
b.Respons Tujuan Pendahulu Fraksional
Anda ingat bahwa ketika stimulus
neural secara konsisten dipasangkan dengan penguatan primer, ia akan memiliki
properti penguatan sendiri, yakni, ia menjadi penguatan sekunder. Konsep
penguatan sekunder ini sangat penting untuk memahami operasi fractional
antedating goal response (perpon tujuan pendahulu fruksional [rG]),
yang merupakan salah satu konsep terpenting dari Hull.
Misalnya kita memilih tikus untuk
mencari suatu makan lewat jalan yang ruwet. Kita letakkan si tikus ini di kotak
awal dan akhirnya ia mencapai kotak tujuan yang berisi makanan, penguat primer.
Berdasarkan pengkondisian klasik, si tikus akan mengembangkan respon
terkondisikan yang mirip dengan respon yang tak terkondisikan. Dalam contoh
kita, respon yang tak terkondisikan adalah keluarnya air liur, mengunyah dan
menjilat, yang ditimbulkan oleh adanya makanan yang diberikan kepada hewan yang
lapar ini. Respon terkondisikan, yang juga melibatkan air liur, pengunyahan dan
penjilatan, akan dimunculkan berbagai stimuli dalam kotak tujuan saat tikus itu
menekati makanan. Respon tujuan pendahulu fruksional adalah respons
terkondisikan terhadap stimuli, yang dialami sebelum pencernaan makanan.
Perkembangan rG di tunjukkan pada gambar dibawah ini:
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
||||||||||
Ketika
stimuli neural sebelumnya ini menjadi penguat sekunder, stimuli itu akan
menjalankan dua fungsi penting: (1) mereka akan memperkuat respons nyata yang
menyebabkan organisme hubungan dengannya, dan (2) mereka akan menimbulkan rG.
Dua
karaktiristik dari rG harus dicatat. Pertama, rG harus
selalu merupakan beberapa fraksi (bagian) dari respons tujuan (rG).
Jika respons tujuan adalah makan, maka rG akan berupa gerakan
mengunyah dan mumgkin mengeluarkan liur. Kedua, dan lebih penting, rG menghasilkan stimulasi . respon yang
tegas mengaktifkan respektor karakteristik otot, tendon, dan sendi, menyebabkan
apa yang oleh Guthrie sebagai movemen-producted
stimuli. Secar lebih teknis, pengaktifan respektor kinestetik ini
menimbulkan propioceptive stimuli (stimuli propioseptif). Seperti respons
lainnya, rG disosialisasikan dengan stimuli.
Setelah
terjadi sejumlah besar proses belajar memecahkan teka teki itu, situasi yang
muncul adalah sebagai berikut: stimuli di kotak awal akan menjadi sinyal, atau
SD, untuk meninggalkan kotak awal sebab dengan meninggalkan kotak
awal si hewan akan mendekati penguat sekunder. Penguat sekunder dalam situasi
ini memiliki tiga fungsi: ia memperkuat respon yang baru saja diberikan oleh
hewan; ia bertindak sebagai SD untuk merspons selanjutnya, dan ia
menimbulan rG. Ketika rG muncul, ia segera otomatis
menghasilkan sG. Fungsi utama dari sG adalah memunculakn
respons selanjutnya. Jadi baik penguat sekunder, yang eksternal, maupun sGs,
yang internal, cenderung menimbulkan respons nyata.
Respons yang paling cepat membawa hewan
ke penguat sekunder berikutnya akan menjadi respons yang akhirnya akan
diasosiasikan dengan sG. Ketika penguat sekunder berikutnya dialami,
ia akan memperkuat respons nyata yang diberikan sebelum itu, dan ia akan
menghasilkan rG berikutnya. Ketika rG dimunculan ia
memicu sG selanjutnya, yang akan memicu respons selanjutnya, dan
demikian selanjutnya.
Jelas
bahwa Hull memiliki dua penjelasan untuk proses barantai yang dipakai secara
simultan. Penjelasan yang pertama, yang menekankan stimuli eksternal, adalah
mirip dengan penjelasan Guthrie, karenanya, mengombinasikan gagasan Skinner dan
Guthrie dan mengatakan bahwa perilaku berantai adalah fungsi dan syarat
eksternal atau isyarat internal sekaligus eksternal.
6.Hierarki Rumpun Kebiasaan
Di sini Hull berbicara tentang
hubungan tunggal dalam rantai behavioral, tetapi ide yang sama dapat
digeneralisasikan ke seluruh rantai behavioral. Entah itu seseorang bicara
tentang respon tunggal atau sederetan respons, penguatan menimbulkan efek
merusak terhadap potensi reaksi. Demikian pula, respons individual atau rantai
respons yang muncul dari penguatan yang cepat akan nilai SER
yang lebih tinggi, dan lebih mungkin terjadi ketimbang respons atau rantai
behavioral dengan penundaan yang lebih lama di antara kejadian dan
penguatannya.
Rute paling langsung melalui
jalur-jalur yang rumit, entah itu jalur berbentuk T atau yang lebih ruwet lagi,
memilii jumlah SER paling banyak sebab ia tidak
menimbulkan jeda yang lama dan juga karena hanya ada sedikit hambatan reaktif
dan terkondisikan yang akan dikurangkan dari SER. Tetapi
rute terpendek hanyalah salah satu dari sekian banyak rute.
Ada hubungan erat antara hierarki
rumpun kebiasaan dengan bagaimana respons tujuan pendahulu fraksional (rG)
dan stimulus yang menimbulkannya (sG) beroperasi dalam proses
berantai ini. Beberapa respons ini akan langsung muncul saat menemui penguat
sekunder, dan yang lainnya tidak. Pada akhirnya, respons yang paling cepat
membawa hewan berjumpa dengan penguat sekunderakan menjadi respons sekunder
karena respons itu memiliki nilai SER tertinggi. Ingat,
semakin lama penundaan penguatan (J) semakin rendah nilai SEG.
7.Ringkasan Sistem
Terakhir Hierarki
Ada tiga variabel dalam teori Hull:
1. Variabel
bebas (independen), yang merupakan kejadian stimulus yang secara sistematis
dimanipulasi oleh eksperimenter.
2. Variabel
pengintervensi (intervening), yakni dianggap terjadi di dalam organisme tetapi
tidak dapat diamati secara langsung. Semua variabel pengitervensi dalam sistem
Hull didefinisikan secara operasional.
3. Variabel
terikat (dependen), yakni beberapa aspek dari perilaku yang diukur oleh
eksperimenter dalam rangka menentukan apakah variabel bebas punya efek atau
tidak.
8.Pandangan Hull
Tentang Pendidikan
Teori belajar Hull adalah terori
reduksi dorongan atau reduksi stimulus dorongan. Mengenai soal spesifibialitas
tujun, ketertiban kels, dan proses belajar dari yang sederhana ke yang
kompleks, Hull sepakat dengan Thorndike. Namun menurutnya , belajar melibatkan dorongan
yang dapat direduksi. Sulit membayangkan bagaimana reduksi dorongan primer
dapat berperan dalam belajar dikelas. Tetapi beberapa pengikut Hull menekankan
kecemasan sebagai sebentuk dorongan dalam proses belajar manusia.berdasarkan
penalaran ini, maka mereduksi kecemasan murid adalah syarat yang diperukan
untuk belajar dikelas.
Latihan harus di distribusikan
dengan cermat agar hambatan tidak muncul. Guru Hullian akan membagi topik-topik
yang diajarkannya sehingga pembelajar (siswa) tidak akan kelelahan yang bisa
mengganggu proses belajar. Topik-topik itu juga diatur sedemikian rupa sehingga
topik yang berbeda-beda akan saling berurutan. Misalnya, urutan pelajaran yang
baik adalah metematiak, pendidikan olahraga, bahasa Inggris, sni, dan sejarah.
Miller dan Dollard (1941)
meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan sebagai berikut:
Drive : pembalajar harus menginginkan
sesuatu
Cue : pembelajar harus
memperhatikan sesuatu
Response : pembelajar harus melakukan sesuatu
Reinforcement : respon pembelajar harus membuatnya
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.
Revisi teori Hull oleh Spence menyatakan
bahwa siswa belajar tentang hal-hal yang mereka lakukan. Jadi, Spence adalah
terorisi kontiguitas. Menurut Spence, insentif adalah penting, sebab insentif
memotivasi siswa untuk menerjemahkan apa-apa yang telah dipelajarinya ke dalam
perilaku. Dengan menghubungkan insentif (penguat) ke kinerja, bukan ke belajar,
posisi Spence dekat dengan posisi Tolman dan Bandura.
9.Evaluasi
Teori Hull
Kontribusi
Teori
belajar Hull berpengaruh besar terhadap psikologi. Marx dan Cronan – Hilix
(1987) mengatakan :
Kontribusi
terpenting dari Hull untuk psikologi adalah dia menunjukkan manfaat dari
mengarahkan pandangan seseorang terhadap tujun utama dari teori perilaku yang
sistematis dan ilmiah. Dia menjalani kehidupan ilmiah untuk mencapai tujuan
itu, dan karenanya mempengaruhi bahkan mereka yang tidak sepakat dengan detail
karyanya. Hanya ada sedikit psikolog yang memberikan pengaruh begitu besar
terhadap banyak periset. Dia memopulerkan pendekatan behavioristik yang amat
objektif.
Teori
hull membahas sejumlah fenomena behaviorial dan kognitif. Cakupan teorinya,
yang di padukan dengan definisi variabelnya yang detail, mengundang banyak
penelitian empiris. Rashotte dan Amsel (1999) mengatakan :
Rencana
Hull untuk behaviorisme S – R sangat ambisius. Ia ingin memprediksi perilaku
individu dalam isolasi, dan dalam kelompok. Ia ingin mengkonseptualisasikan
basis untuk perilaku adaptif dalam pengertian luas, termasuk proses kognitif
tertentu dan perbedaan kinerja antara berbagai spesies dan individual. Ia ingin
mengunakan matematika dan logika yang ketat sebagai cara untuk memastikan
asumsi dan memprediksi dan membandingkannya dengan teori lain secara jelas.
Kriteria
Popper terpenting untuk teori ilmiah, yakni teori itu mesti membuat prediksi
yang spesifik dan dapat diuji. Teori Hull adalah teori pertama yang memenuhi
kriteria Popper. Penegasan Hull pada definisi konsep yang tepat dan pernyataan
matematika yang menghubungkan konsep – konsepnya dengan perilaku telah memberi
arah yang jelas untuk menguji teorinya. Menurut Hull, penguatan bergantung pada
reduksi dorongan atau stimuli dorongan yang di hasilkan oleh kondisi kebutuhan
fisiologis. Hipotesis reduksi dorongan adalah usaha pertama untuk membedakan
diri dari definisi pemuas / penguat yang kurang tegas yang menjadi ciri teori
Thorndike dan Skinner. Hull juga merupakan orang pertama yang membuat prediksi
yang persis tentang efek gabungan dari belajar dan dorongan terhadap perilaku
dan tentang efek keletihan (via hambatan reaktif dan terkondisikan).
Kritik
Meski
berpengaruh besar, teori Hull mengandung masalah. Ia di kritik karena kurang
teorinya, kecil sekali manfaatnya untuk menjelaskan perilaku di luar
laboratorium, karena terlalu menekankan pada konsep yang di definisikan secara
operasional, dan karena memberikan prediksi yang tidak konsisten. Dalam
ulasannya tentang versi terakhir dari teori Hull. Hill (1990) mengatakan :
Misalkan
kita ingin mengetahui di butuhkan berapa kali percobaan yang tak di perkuat
secara brurutan untuk menghasilkan pelenyapan yang menyeluruh. Salah satu
pendekatan mungkin mengunakan postulat 16, yang menerjemahkan potensi
excitatory langsung ke percobaan pelenyapan. Pendekatan kedua adalah dengan
mengunakan postulat 9 untuk menghitung jumlah hambatan reaktif dan
mengurangkannya dari potensi excitatory itu. Pendekatan ketiga adalah mencatat
(postulat 7) bahwa ketiga jumlah imbalan adalah nol, nilai K juga nol, yang
membuat potensi exicitatori nol pula, terlepas dari nilai variabel
pengintervensi lainnya. Ternyata tiga pendekatan ini memberikan jawaban yang
saling bertentangan. Ketika suatu teori menghasilkan prediksi yang tidak benar,
ia dapat di modifikasi, seperti yang di inginkan Hull. Ketika teori tidak
membahas suatu isu tertentu sama sekali, kita dapat menerima keterbatasan ini
dan berharab suatu hari teori itu di perluas hingga mencakup bahasan topik yang
di abaikannya itu. Akan tetapi, ketika sebuah teori secara internal tidak
konsisten, sehingga memberikan prediksi yang saling bertentangan mengenai suatu
isu tertentu, maka kelayakannya sebagai teori patut di pertanyakan.
Meski
Hull tampaknya bersedia untuk di uji teorinya, Koch (1954) menunjukkan bahwa
Hull tidak merevisi teorinya saat data problematik dan mungkin ia menghabiskan hasil – hasil yang
bertentangan. Kritik kontemporer juga memperkuat tema ini.
Bahkan
meski ada langkah – langkah pembelaan, riset selanjutnya menunjukkan bahwa
penguatan terjadi dengan atau tanpa reduksi dorongan atau stimuli dorongan
dan,seperti yang akan kita bahas nanti, bentuk metematika dari teori itu di tentang
oleh Kenneth Spence. Salah satu keterangan yang menarik menyatakan bahwa Hull
membangun teori secara terbalik. Shepard (1992) menulis :
Alih
– alih mendeduksi regulalitas yang dapat di uji secara empiris dari prinsip
utama, Hull dan Spence merancang variable bebes yang di ukur secara empiris
berdasarkan variabel terikat yang di
manipulasi secara eksperimental mencari fungsi matematis yang tampaknya
dekat dengan rancangan itu, dan kemudian mengajukan fungsi yang di pilihnya
sebagai “postulat” dari teori mereka. Seperti pernah di katakan oleh George
Miller Hull dan rekan – rekannya mengawali dengan mengasumsikan apa yang
seharusnya terjadi.
Namun,
dengan segala kekeliruannya, teori Hull termasuk salah satu dari teori paling
heuristik dalam sejarah psikologi. Selain memicu banyak eksperimen, penjelasan
Hull mengenai penguatan, dorongan, pelenyapan dan generalisasi telah menjadi
kerangka standar acuan dalam diskusi konsep – konsep tersebut sampai saat ini.
Setelah
Hull meninggal, juru bicara utama untuk pandangan Hullian adalah Kenneth W.
Spance, yang mengembangkan dan memodifikasi teori Hull secara signifikan.
Pengikut Hull penting lainnya adalah Neal E. Miller, yang memperluas teori Hull
ke area personalitas, konflik, prilaku sosial, dan psikoterapi. Robert R.
Sears, yang menerjemahkan sejumlah konsep Freudian ke dalam term Hullian dan
juga melakukan banyak percobaan psikologi anak eksperimental, dan O. Hobart
Mower, yang mengikuti banyak ide Hull saat mempelajari berbagai bidang seperti
dinamika
kepribadian dan karakteristik khusus dari proses belajar saat timbul kecemasan
dan ketakutan.
O.Hobart Mowrer
Problem Pengkondisian
Pengindraan. Jika aparatus di tata sedemikian rupa
sehingga organisme menerima setrum listrik sampai ia melakukan suatu respon,
maka organisme itu akan dengan cepat belajar melakukan repon itu saat ia di
setrum. Prosedur ini di namakan escape
conditioning (pengondisian untuk melarikan diri) :


(setrum
listrik) (respon) (penguatan)
Selain
adanya sinyal yang mendahului setrum, prosedurnya sama dengan pengondisian
untuk melarikan diri. Prosedur yang di gunakan dalam pengondisian pengindraan
adalah :



(cahaya) (setrum listrik) (respon)
(penguatan)
Dengan
pengkondisian pengindraan, organisme pelan – pelan belajar memberi respon yang
tepat saat cahaya menyala, dan karenanya bisa menghindari setrum. Selanjutnya,
respon menghindar ini di pertahankan terus bahkan ketika setrum tidak lagi di
berikan. Pengkondisian pengindraan menimbulkan masalah bagi teori Hullian
karena tidak jelas apa yang di perkuat respon penghindaran. Dalam rangka
memecahkan problem ini, Mowrer mengusulkan teori belajar dua faktor.
Teori Belajar Dua
Faktor. Mowrer mencatat bahwa tahap – tahap awal dari
pengkondisian penghindaran di tata sedemikian rupa sehingga terjadi
pengkondisian klasik atau Pavlovian. Sinyal bertindak sebagai stimulus yang di
kondisikan (conditioned stimulus) (CS) dan setrum listrik sebagai stimulus yang
tidak di kondisikan (unconditioned stimulus) (US), yang menimbulkan, antara
lain, rasa takut. Pada akhirnya, CS yang di pasangkan dengan US, dengan
sendirinya menghasilkan respon yang sama dengan UR (usconditioned response),
yakni rasa takut.ketika cahaya menyala, organisme itu merasa takut. Jadi faktor
pertama dalam two – factor theory (teori dua faktor) Mowrer adalah pengondisian
klasik atau Pavlovian. Mowrer menyebut pengondisian ini sebagai sign learning (belajar tanda atau
isyarat) sebab ia menjelaskan bagaimana stimuli yang sebelumnya netral, melalui
asosiasi dengan US – US tertentu, menjadi tanda atau isyarat akan bahaya dan
karenanya menimbulkan rasa takut.
Mowrer
menyebut faktor ke dua dalam teori dua faktor ini sebagai Solution Learning (belajar solusi), dan ini oleh Hull dan Thorndike
di namakan pengondisian instrumental atau oleh Skinner di namakan pengondisian
operan. Belajar solusi adalah belajar untuk melakukan aktifitas – aktifitas
yang akan menghentikan stimuli aversif (buruk) atau emosi negatif, seperti rasa
takut, yang di timbulkan oleh stimuli yang menjadi tanda bahaya melalui
pengondisian klasik.
Jadi
Mowrer menemukan dorongan yang di cari oleh Hullian untuk menjelaskan
pengkondisian penghindaran, dan dorongan itu di kondisikan oleh rasa takut.
Mowrer berpendapat bahwa permulaan dari suatu CS yang di asosiasikan dengan rasa
sakit akan memotifasi respon penghindaran, yang di perkuat oleh penghentian CS.
Penguatan Dekremental
dan Inkremental. Mowrer pertama – tama membedakan antara
US yang menghasilkan penambahan (increment) dorongan, misalnya kejutan strum,
dan US yang menghasilkan pengurangan dorongan, misalnya makanan. Yang disebut
belakangan ini di namakan decremental
reinforcers (penguat dekremental) karena mengurangi suatu dorongan, yang
dalam contoh ini adalah rasa lapar. Yang di sebut pertama dinamakan incremental reinforcer (penguat
inkremental) karena menghasilkan atau menambah dorongan. Untuk dua jenis US
itu, adalah mungkin untuk menghadirkan CS di awal atau pada saat
penghentiannya. Jika CS dihadirkan sebelum setrum listris, ia akan menimbulkan
emosi rasa takut. Jika CS di hadirkan sebelum penghentian setrum, ia akan
menghasilkan rasa lega. Jika CS disajikan sebelum penyajian makanan, ia akan
menibulkan rasa kecewa.
Dengan
menunjukkan bahwa proses belajar yang penting dapat terjadi sebagai aibat dari
induksi dorongan (awal) maupun reduksi dorongan (termiasi, penghentian), maka
Mowrer menjauhi tradisi Hullian, yang hanya menekankan pada reduksi dorongan.
Semua Bentuk Belajar
adalah Belajar Tanda. Mowrer telah menunjukkan bahwa
stimuli eksternal yang diasosiasikan dengan US positif, seperti terminasi rasa
sakit atau penyajian makanan, akan menimbulkan emosi kelegaan dan harapan.
Demikian pula, stimuli eksternal yang diasosiasikan dengan US negatif, seperti
datangnya rasa sakit atau penarikan makanan, akan menimbulkan rasa takut dan
kecewa. Lalu Mowrer bertanya, apakah prinsip yang sama juga berlaku untuk
internal ?
Reaksi
internal tubuh, misalnya stimuli proprioseptif yang disebabkan oleh pengaktifan
reseptor kinestetik, selalu mendahului respons nyata. Ketika organisasi
berusaha memecahkan problem, seperti belajar melarikan diri dari stimulus
aversif, belajar naik sepadah, maka ada respons nyata tertentu yang membawa
kesuksesan, dan respon lainnya membawa kepada kegagalan. Sensasi tubuh yang
mendahului respons yang sukses akan menimbulkan harapan karena alasan seperti
ketika stimuli eksternal menimbulkan harapan. Sensasi tubuh yang mendahului
respon yang gagal akan menimbulkan rasa takut, dengan alasan seperti ketika
stimuli eksternal menimbulkan rasa takut.
Artinya
beberapa tanda, baik eksternal maupun internal, menimbulkan ekspektasi seperti
rasa sakit atau kegagalan sedangkan beberapa tanda lainnya menimbulkan
ekspektasi rasa seneng dan keberhasilan.
Dengan
berpendapat bahwa semua proses belajar adalah belajar tanda, Mowrer menciptakan
teori belajar yang pada dasarnya bersifat kognitif.
KENNET W. SPENCE
Belajar Deskriminasi.
Dalam belajar diskriminasi, hewan diberi dua stimuli dan di perkuat untuk
merspon satu stimuli dan tidak di perkuat untuk merespon stimuli satu lagi.
Secara umum ada asumsi bahwa Spence membuat belajar dalam situasi di mana
organisme harus memilih satu di antara dua objek
1)
Kekuatan kebiasaan (SHR)
menuju stimulus yang tidak di perkuat akan meningkat sering dengan penguat
2)
Hambatan (IR dan SIR)
ke stimulus yang tidak di perkuat terbentu melalui percobaan non – pengetahuan.
3)
Kekuatan kebiasaan dan
hambatan menghasilkan stimuli yang sama dengan stimuli yang di perkuat dan yang
tak di perkuat.
4)
Besarnya kekuatan
kebiasaan yang di generalisasikan adalah lebih besar ketimbang besarnya
hambatan yang di generalisasikan.
5)
Kekuatan kebiasaan yang
di generalisasikan dan hambatan yang di generalisasikan berkombinasi menurut
deret hitung.
6)
Stimulus mana yang akan
didekati akan tergantung pada penjumlahan deret hitung dari pendekatan
(kekuatan kebiasan) dan tendensi penghindaran (hambatan).
7)
Ketika dua stimuli
dihadirkan, stimulus dengan kekuatan kebiasaan terbesar terbesarlah yang akan
di dekati dan di respon.
Penyangkalan Bahwa
Penguatan adalah Kondisi yang Dibutuhkan untuk Pengkondisian Instrumen.
Hullian kesulitan untuk menjelaskan hasil dari eksperimen Laten Learning (belajar laten), yang tampaknya mengindikasikan
bahwa hewan dapat belajar tanpa di perkuat. Jadi, istilah belajar laten mengacu
pada belajar yang terjadi tanpa penguatan.
Spance
menyimpulkan bahwa pengondisian instrumental terjadi tanpa bergantung pada
penguatan.
Motifasi Insetif. Menurut
Spance, penguatan hanya mempengaruhi lewat Incentive
motivation (motifasi insentif {K}). Spence mempengaruhi Hull untuk
menambahkan konsep motivasi insentif ke dalam teorinya. Diyakini bahwa K di
pilih sebagai simbol kerena ia adalah huruf dari nama pertama Spence. Tetapi,
ternyata Spence memberi peran lebih besar pada K dalam teorinya ketimbang peran
yang diberikan Hull untuk teorinya. Hull tampaknya punya masalah dengan K
karena tidak jelas apa proses psikologis yang terkait dengannya. Kebanyakan
konsep Hull dianggap memiliki basis fisiologis. Misalnya, kekuatan kebiasaan
terkait langsung dengan dorongan atau stimulus dorongan, dan hambatan terkait
langsung dengan keletihan. Akan, tetapi bagi Hull, tidak jelas proses
fisiologis apa yang terkait dengan K dan itu merupakan persoalan baginya.
Spence memecahkan problem ini dengan
menghubungkan K langsung dengan mekanisme rG – sG. Seperti
telah kita lihat di atas, meknisme rG – sG bekerja mundur
dalam suatu jalur teka – teki dan akhirnya membimbing perilaku hewan dari kotak
awal ke kotak tujuan. Spence menambahkan konsep isentif ini k proses pembimbing
otomatis. Menurut Spence, kekuatan dari rG
- sG di tentukan
oleh K, dan semakin kuat rG – sG semakin besar insentitas
untuk melintasi jalur itu. Secara sederhana dapat di katakan mekanisme rG
– sG menimbulkan ekspetasi penguatan dalam diri hewan, yang
memotifasinya untuk lari, dan semakin besar ekspektasinya, semakin kencang
larinya. Dengan mendiskusikan mekanisme rG – sG sebagai alat untuk menimbulkan ekspektasi,
Spence menggerakkan teori behavioristik Hull mendekati teori kognitif Tolman.
Akan tetapi, perludi catat bahwa meskipun Spence mendskusikan ekspektasi, dia
mendiskusikannya secara mekanistik, bukan dalam term mentalistik. Spence
percaya bahwa hukum yang sama yang berlaku untuk asosiasi S – R juga berlaku
untuk mekanisme rG – sG.
Dengan
kata lain, Spence percaya bahwa perilaku instumental adalah di pelajari tanpa
penguatan, namun penguatan memberikan insentif untuk melakukan apa – apa yang
telah di pelajari.
Perubahan dalam persamaan dasar
Hull.
Hull
mengombinasikan komponen-komponen teori utamanya sebagai berikut:


Seperti
yang telah kita lihat di atas, persamaan ini berarti jika D atau K sama dengan nol,
respons yang telah dipelajari tidak akan muncul betapapun tinggi nilai SHR. Dengan kata lain, menurut
Hull,berapa kalipun hewan diperkuat untuk melakukan suatu respons dalam satu
situasi, ia tidak akan menampilkan respons itu jikahewan itu tidak memiliki
dorongan, bahkan jika hewan itu memiliki dorongan yang tinggi sekalipun, ia
tidak akan melakukan respons yang telah dipelajari. Spence merevisi persamaan
Hull menjadi:


Perhatikan
bahwa Spence menambahkan D dan K, bukan mengalikannya seperti yang
dilakukan Hull. Implikasi utama dari implikasi Spence adalah bahwa respons yang
telah dipelajari mungkin akan diberikan dalam situasi tertentu bahkan jika
tidak ada dorongan sekalipun.
Implikasi
lain dari revisi persamaan oleh Spence ini adalah selama D dan SHR nilainya di
atas nol, organism akan memberikan respons yang telah dipelajari walaupun K nilainya nol. Dengan kata lain,
organism akan memberikan respons yang telah dipelajarinya, bahkan ketika tidak
ada penguatatn untuk melakukannya.
Teori Frustasi-Kompetisi
pelenyapan. Menurut Hull, IR dan SIR
merupakanrespons menyebabkan keletihan yang menghambat munculnya respons yang
telah dipelajari. Spence tidak setuju dengan penjelasan Hull dan mengusulkan frustration
competition theory of extinction yang menurut Spence, non-penguatan
menyebabkan frustrasi, yang menimbulkan respons yang tidak cocok dengan respons
yang telah dipelajari. Frustrasi yang terjadi di kotak tujuan ketika hewan
menemukan penguatan disebut primary frustration (RF). Penjelasan Spence
tampaknya lebih baik. Menurut Spence, penghilangan penguat yang lebih besar
akan menimbulkan frustasi lebih besar dari pada penghilangan penguat kecil; dan
karenanya, makin banyak perilaku yang bersaing yang bermunculan. Karena besaran
dari perilaku yang bersaing itu lebih besar, maka ia muncul lebih cepet melalui
rantai perilaku yang sebelumnya telah dipelajari; karenanya, pelenyapan terjadi
lebih cepat.
ABRAM AMSEL
Dalam
bagian ini kita akan membahas efek frustasi (FE) danefek penguatan parsial
(PRE). Teori frustasi mengidentifikasikan empat property yang berasal dari
property tujuan. Property pertama frutasi primer (Rf) adalah reaksi tak
terkondisikan hipotesis terhadap kejadian yang membuat frustasi.teori ini
menyebutkan bahwa frustasi primer akan menimbulkan efek motivasional terhadap
respons terkait.
Property kedua adalah stimulasi
internal yang berasal dari frustasi primer. Dalam tradisi Hullian, diasumsikan
bahwa frustasi primer menghasilkan stimulus dorongan sendiri yang dinamakan frustration drive stimulus (SF) yang
dimana merupakan keadaan aversif akan direduksi atau dieliminasi oleh organism.
Property ketiga dan keempat adalah respons yang dikondisikan oleh stimuli
environmental yang terjadi di hadapan frustasi primer dan di hadapan stimuli
tanggapan internal yang diproduksi oleh respons yang dikondisikan.
Aspek paling penting dari teori
Amsel adalah penjelasan tentang partial reinforcement effect (efek
penguatan parsial [PRE atau PREE]). PRE merujuk pada fakta bahwa dibutuhkan
waktu lebih lama untuk melenyapkan suatu respons jika ia sesekali diperkuat
selama training dari pada ia diperkuat secara terus menerus. Dengan kata lain,
PRE berarti bahwa penguatan parsial menghasilkan resistensi yang lebih besar
terhadap pelenyapan dari pada pengauatan 100 persen.
NEAL E. MILLER; VISCERAL
CONDITIONING DAN BIOFEEDBACK
Pada tahun 1941, Miller dan Dollard
menulis social learning and imitation yang mengkaji belajar observasional, dan
pada tahun 1950, menulis personality dan psychotherapy. Sampai tahun 1960-an
diyakini pengkondisian operan hanya dimungkinkan untuk respons yang melibatkan
otot, dan umumnya diyakini bahwa respons yang dimediasi oleh sraf otonom tidak dapat dikondisikan
secara operan.
Kini ada banyak eksperimen yang
menunujukkan bahwa baik manusia maupun non-manusia dapat mengontrol lingkungan
internalnya sendiri. Misalnya, ditemukan bahwa individu dapat mengontrol detak
jantungnya, tekanan darah, dan suhu tubuhnya sendiri.
Dalam studi lain terhadap
pengkondisian otonom, suatu perangkat dipakai untuk menunjukkan kepada si
pasien perubahan kejadian internal yang ingin mereka control. Display semacam
ini dinamakan biofeedback karena ia
memberi pasien informasi beberapa kejadian biologis di dalam dirinya. Biasanya,
setelah monitoring biofeedback selama beberapa waktu, pasien akan menyadari
keadaan internal mereka dan dapat merespons sesuai dengan keadaan itu tanpa
bantuan biofeedback. Area riset ini yang terkadang dinamakan visceral conditioning, member dampak
luas pada praktik pengobatan.
Teknik biofeedback ini dipakai
secara luas, namun kita harus memastikan gangguan mana yang paling mudah
diatasi dengan teknik biofeedback, terutama ketika biofeedback dipakai sebagai
terapi untuk kondisi yang serius, mulai dari kecanduan alkuhol hingga disfungsi
nueurologis. Selain itu, dibutuhkan riset lebih lanjut untuk menentukan
pengobatan apa yang berkaitan dengan efek placebo dan mana yang berasal dari
proses belajar pasien untuk mengontrol fungsi otonom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar