Jumat, 04 Mei 2012

HIPERAKTIF


  Pengertian
Definisi  Hiperaktif menurut Stewart (1970;94) sebagai berikut:
“….. Hyperactive child syndrome, typically a child with this syndrome is continually in motion, cannot concentrate for more than a moment, acts and speaks on impulse, is impatient and easily opset. Athome he is constanly in trouble of his restlessness, noisiness and disobedience in school he is readly distracted, rarely finishes his work, tends to down and talk out of turn in class and becomes labeled discipline problems” (dalam Kaulfman, J.M, 1985;174).
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Attention-deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai gangguan pemusatan perhatian (inattentiveness), perilaku impulsif (impulsivity), dan dapat disertai aktivitas berlebihan (overactivity/hyperactivity) yang tidak sesuai dengan umurnya. ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering ditemukan pada anak. ADHD ditemukan pada sekitar 4­12% di antara anak sekolah. Di dalam masyarakat, diperkirakan ADHD sekitar 9,2% laki-laki dan 2,9% perempuan.
Menurut  Dr. Erik Taylor,  Hiperaktivitas yaitu pola perilaku overaktif yang cenderung ngawur (tidak pada tempatnya).

Jenis- Jenis Hiperaktif
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1.      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.

2.      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3.      Tipe gabungan
 Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

 Ciri-ciri Anak Hiperaktif
1.      Tidak fokus atau mudah sekali dialihkan perhatiannya         
Misalnya, anak Anda hiperaktif. Maka, kebanyakan dari kegiatan yang sedang dia lakukan tidak bisa bertahan lama. Saat dia bermain bola, kemudian ada anak lain yang melintas di depan sambil membawa balon, dia akan membuang bolanya dan ikut bermain balon bersama anak lain. Begitu ada anak lain yang berbeda, dia bisa mengalihkan perhatiannya untuk mengikuti anak tersebut. Anak hiperaktif tidak bisa bertahan diam lebih dari 5 menit. Anak ini juga suka berteriak-teriak tidak jelas, dan berbicara semaunya. Juga memiliki sikap yang tidak mudah dipahami.
2.      Sifat Menentang
Anak hiperaktif lebih sulit dinasehati dari pada anak non-hiperaktif. Misal, ia sedang bermain naik turun tangga dan kita memintanya untuk berhenti, ia akan diam saja atau marah dengan tetap melanjutkan bermain.
3.      Destruktif
Sebagai perusak ulung, anak hiperaktif harus dijauhkan dari ruangan yang banyak benda-benda berharga atau barang pecah belah dan sejenisnya. Sikap yang suka melempar, menghancurkan barang inilah yang disebut destruktif.


4.      Tidak Mengenal Lelah
Tidak akan tampak kelelahan saat ia bermain maupun setelah ia bermain. Setiap hari berlari, berjalan dan melakukan kegiatan tanpa tujuan jelas, bergerak terus adanya.
5.      Tanpa Tujuan Jelas
Anak aktif membuka buku untuk dibaca, anak hiperaktif membuka buku untuk disobek, dilipat-lipat, atau dibolak balik saja tanpa membaca.
6.      Bukan Penyabar yang Baik Dan Usil
Sering saat bermain, ia dengan tidak sabar mengambil mainan dengan paksa. Tidak suka jika menunggu giliran bermain. Suka mendorong, mencubit, atau memukul tanpa alasan.
Pada umumnya anak hiperaktif memiliki kebiasaan perilaku sebagai berikut:
1.      Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2.      Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3.      Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
4.      Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5.      Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
6.      Sering terlalu banyak bicara.
7.      Sering sulit menunggu giliran.
8.      Sering memotong atau menyela pembicaraan.
9.      Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).

  Faktor Penyebab Hiperaktif
Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1.      Faktor neurologik
a)      Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
b)      Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
c)      Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
2.      Faktor toksik.
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3.      Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4.      Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. Misalnya anak yang kurang diarahkan, sering gagal dalam pekerjaan, kurang mengontrol diri, menurut kehendak sendiri, materi yang disampaikan kurang menarik, diterangakan tidak mengerti, ingin bebas, kurang perhatian, dan perilaku konsultasi.

Hubungan antara Kesulitan Belajar, In-Atensi dan Hiperaktif menurut Batshaw & Perret, 1986: 263:
Anak dengan ADD atau ADD-H selalu mendapat kesulitan di sekolah. Mereka selalu gagal untuk melakukan hubungan sosial dalam pelajaran berolahraga, sedangkan di rumah mereka juga sedikit mendapat dorongan untuk menghilangkan kesulitannya. Anak hiperaktif tersebut dapat dipastikan mempunyai kesulitan untuk memahami konsep dan selalu gagal untuk segala kegiatan yang ia coba lakukan.
Kasus lainnya berkaitan dengan hiperaktif, antara lain sebagai berikut:
1.      Anak tunagrahita dapat juga mempunyai kelainan atau hendaya penyerta hiperaktif, seperti adanya in-atensi, perilaku impulsive, frustasi, dan rendahnya kemampuan dalam bidang kognitif, pendekatan secara medis dalam kasus semacam ini, pengobatannya kurang efektif.
2.      Sifat in-atensi dan hiperaktif terdapat juga pada anak seizure disorder, terhadapnya terdapat problem perilaku disebabkan oleh adanya reaksi terhadap toxic levels of Phenobarbital atau anticonvulsant lainnya.
3.      Anak dengan hendaya pendengaran dapat juga mempunyai sifat hiperaktif atau problem perilaku lainnya. Prob;lem inin disebabkan oleh kerusakan pada sebagian sel-sel saraf pada otak, atau adanya kesalahan mendiagnosis.
4.      Pada anak dengan kesulitan psikiantrik dapat dimungkinkan mempunyai hiperaktif disebabkan oleh adanya perasaan tidak aman pada dirinya atau salah mengenal tanggapan dirinya dan kurang responsivitas terhadap orang lain.

3.6  Cara Menangani Anak Hiperaktif
1.      Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif:
a.       Menerima Keadaan Anak
Bagi para orang tua yang anaknya menderita ADHD, hal pertama dan terpenting yang harus dilakukan adalah menerima kondisi anak. Mereka diharapkan dapat menyadari bahwa keadaan tersebut bukanlah kemauan sang anak melainkan kondisi otaknya yang sudah demikian sehingga muncul perilaku yang kurang positif. Karena itu ayah, ibu, dan anggota keluarganya yang lain harus bekerja sama dengan baik untuk dapat menangani anak tersebut. Ini ditindaklanjuti dengan upaya untuk lebih memahami sikap dan perilaku anak serta apa yang dibutuhkannya, baik secara psikologis, kognitif, maupun fisiologis. Jika si anak merasa keluarganya bisa mengerti keinginannya, perasaannya, dan frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak tumbuh seperti orang-orang normal lainnya.
b.      Sediakan Sarana
Anak hiperaktif cenderung tidak bisa diam dan ingin selalu beraktivitas. Karena itu, ruang bermain anak hendaknya dirancang sedemikian rupa supaya tidak terlalu sempit serta tidak dipenuhi barang-barang atau pajangan. Hal ini dilakukan agar anak terhindar dari resiko-resiko seperti terbentur atau memecahkan barang berharga.
c.       Latih Kefokusannya
Saat bermain, anak hiperaktif hendaknya diarahkan untuk memilih permainan-permainan yang melatih daya konsentrasi. Contohnya, bermain puzzle, berkebun, atau memelihara binatang. Ini dapat melatihnya untuk meningkatkan kefokusannya.
d.      Kenali Minat dan Bakatnya
Sama halnya dengan anak-anak normal, anak hiperaktif pun memiliki minat dan bakat tertentu. Karena itu, orang tua sebaiknya benar-benar memperhatikan dan menemukan minat dan bakat tersebut. Ini berkaitan dengan energi berlebihan yang dimiliki si anak. Dengan mengetahui minat dan bakatnya, anak hiperaktif dapat dapat diarahkan untuk menyalurkan energi tersebut ke kegiatan-kegiatan positif yang mengembangkan minat dan bakatnya. Contohnya adalah dengan melibatkan anak pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti belajar piano, ikut klub sepakbola, berenang, dan lain-lain.
e.       Bangkitkan Kepercayaan Dirinya
Dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti penguat positif. Misalnya adalah dengan memberikan pujian setiap kali ia melakukan sesuatu dengan benar. Selain itu juga dapat dengan cara memberikan contoh yang baik kepada anak. Jika suatu saat anak melalukan pelanggaran, orang tuanya dapat mengingatkannya tentang contoh yang pernah mereka berikan sebelumnya. Dan yang terpenting, saat mengingatkan, orang tua harus dapat benar-benar mengendalikan amarahnya karena anak-anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif. Ini sangat berpengaruh pada kepercayaan dirinya.
f.       Perbaiki Jalur Pendengaran
Kebanyakan anak ADHD memiliki masalah pendengaran. Mereka bisa mendengar tapi sulit untuk mengerti apa yang didengarnya. Terdapat kesulitan dalam memilih suara dari seluruh sumber suara yang ada. Ia juga kesulitan untuk fokus pada satu suara. Karena itu, anak perlu dilatih untuk memperbaiki pemrosesan suara yang didengarnya. Contohnya adalah dengan terapi suara. Anak diminta untuk mendengarkan kaset khusus berisi musik selama 30-60 menit. Hasil efektif umumnya akan terlihat 100 jam pascaterapi. Aktivitas fisiknya yang berlebihan akan tampak menurun sedangkan daya konsentrasinya meningkat.
2.      Selain beberapa cara di atas, masih terdapat banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi anak-anak hiperaktif secara efektif. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Membantu Si Hiperaktif Belajar
1)      Orang tua dan anggota keluarga memiliki kesabaran pada si anak. Tindakan
yang menyebalkan yang ia lakukan bukan karena disengaja.
2)      Menyediakan banyak waktu, sabar, tekun, konsisten, suportif, karena si
kecil butuh perhatian khusus.
3)      Anak gangguan perhatian ini butuh bimbingan komunikasi, instruksi, respon dari orang tua.
4)      Jangan bernafsu mengajarkan anak. Berikan dia perintah sedikit saja yang
terpenting perhatiannya tidak lepas.
5)      Jika si kecil sering mengalami kegagalan sehingga ia merasa rendah,
hati-hatilah, jangan sampai orang tua mengolok-ngolok
walaupun maksud Anda bercanda.
b.      Membantu Memusatkan Perhatian Anak
1)      Tunjukkan sikap antusias pada Anak ketika menjelaskan atau mengajarkan
sesuatu.
2)      Variasikan nada dan volume suara saat mengajar. Sebelum mengajar agar ia
memperhatikan Anda, bersuaralah keras.
3)      Gunakan alat bantu untuk mempermudah menarik perhatiannya, seperti gambar.
4)      Biarkan anak membaca dengan bantuan jari atau alat lain untuk menunjuk
bacaan yang dibacanya sehingga perhatiannya lebih terarah.
5)      Kreatiflah menemukan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
6)      Berikan penjelasan dengan singkat dan jelas.
7)      Ajak anak belajar mengisi atau melengkapi kalimat yang belum selesai.
8)      Ajukan pertanyaan sehingga anak berpikir dan bertanya.
9)      Latihlah diskusi kelompok.
10)  Berikan pertanyaan mudah sehingga, mereka bisa menjawab dan tak lagi
merasa bodoh, untuk memberinya pengalaman positif.
11)  Berikan pertanyaah yang bisa dijawab anak bersama-sama sehingga mereka
bisa menjawab bersamaan
c.       Menjaga Agar Anak Tetap Tenang
1)      Tempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan
amat memperhatikan pelajaran.
2)      Tataplah anak saat berkomunikasi.
3)      Singkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah.
4)      Gunakan kode tertentu yang disepakati anak untuk mempermudah ia
berkosentrasi seperti mengetuk dagu yang artinya lihat sini, perhatikan baik-baik.
5)      Sesekali gunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak.
6)      Beri pujian bila anak tenang.
7)      Pilih tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras.
8)      Ingatkan anak agar melakukan kegiatan secara teratur saat waktu tertentu
(bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).
9)      Latih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak
tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.
d.      Sibukkan Dia dengan Belajar Menulis
1)      Gunakan kertas bergaris, ajari anak untuk menulis kalimat dengan jarak
satu baris.
2)      Atur huruf tidak terlalu berdekatan, ajari anak untuk menggunakan ujung
jari kelingkingnya untuk mengukur jarak antar huruf.
3)      Gunakan kertas tebal agar tidak mudah robek, bila anak sering menghapus.
Jika mudah robek ia akan cepat frustasi.
4)      Ajari agar kertas tak bergerak dengan cara menahannya dengan tangan lain.
5)      Nyalakan musik lembut dengan volume sayup-sayup, supaya ia lebih tenang.
6)      Beri tugas sesuai dengan tingkat perhatiannya.Sedikit demi sedikit beri
tambahan pelajaran. Jangan ajarkan kata-kata mutiara.

3.      Pengobatan untuk anak yang hiperaktif
Pengobatan terhadap anak ADD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan, dan konseling. Di samping itu pendekatan yang controversial antara lain dengan melakukan diet khusus, dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu.
Pendekatan secara pendidikan, umumnya diberikan suatu penempatan sekolah yang tepat dalam suatu program khusus. Penempatan itu dianggap sangat penting diterapkan guna “penyembuhan” anak dengan ADD. Pada anak ADD umumnya mempunyai kesulitan belajar disebabkan adanya hiperaktif, sifat impulsive, dan menurunnya daya atensi saat mengikuti pelajaran (Straus & Lehtinen, 1955 dalam Batshaw & Perret, 1986: 266). Untuk perkembangan dan pertumbuhan diri anak bersangkutan, diperlukan suatu bentuk program pembelajaran spesifik dalam sebuah kelas khusus dengan didampingi seorang asisten yang dapat membantu kegiatan selama layanan pembelajaran berlangsung.
Pada anak dengan ADD-H pendekatan yang efektif adalah dngan menerapkan modifikasi perilaku saat pelaksanaan pembelajaran. Metode yang digunakan akan melibatkan tata cara pengaturan program. Lingkungan yang terstruktur, dan bentuk re-inforcement terhadap perilaku dianggap hal yang penting. Alasan utama digunakannya modifikasi perilaku disebabkan bahwa perilaku dapat dikontrol melalui konsekuensi-konsekuensi yang diperlakukan akibat adanya perilaku sasaran pembelajaran tersebut. Jadi apabila hasil perilaku sasaran tertentu mendapatkan reward, maka akan memperoleh manfaat dengan berulangkalinya perilaku tertentu di masa yang akan datang. Jika perilaku tidak mendapat reward, maka tidak akan muncul lagi. Anggapan ini berdasarkan atas tiga landasan utama dari suatu metode pengontrolan terhadap perilaku, yaitu reinforcement, punishment, dan extinction. Dengan menggunakan modifikasi perilaku, maka saat mencatat semua hasil perilaku sasaran yang kemunculannya diharapkan, model evaluasi terhadap subjek tunggal sangat memegang peranan penting (single-case.design: A-B; A-B-A atau A-B-A-B).
Suatu program untuk layanan pembelajaran atau bimbingan konseling terhadap anak ADD-H diperlukan suatu model tersendiri yang bersifat spesifik dengan berlandaskan pada pola Input – Process – Output. Dalam Input, diperlukan kegiatan-kegiatan berkaitan dengan (a) skrining atau asesmen guna mengetahui informasi berkaitan dengan karakteristik khusus dari anak bersangkutan, (b) masukan informasi berkaitan dengan program yang lalu, keadaan dan keberadaan guru, therapist, konselor setempat, sarana dan prasarana, serta tahapan kegiatan yang pernah dilakukan atau diterapkan pada anak bersangkutan. Masukan lingkungan berkaitan dengan norma, tuntutan, tujuan suatu kegiatan, serta keadaan lingkungan anak merupakan informasi yang sangat berguna dan sangat memegang peranan penting bagi kegiatan input.
Selanjutnya proses kegiatan layanan spesifik diperlukan suatu program pembelajaran/konseling/terapi yang bersifat individu dan dibuat secara khusus. Tentunya dengan melihat kurikulum yang berlaku, perileku nonadaptif atau mal-adjustment tertentu, cara melaksanakan kegiatan intervensi, dan bagaiman melakukan refleksi kegiatan pembelajaran.
Selama proses kegiatan untuk “penyembuhan” terhadap anak ADD-H diperlukan program tertentu yang lebih menitikberatkan pada model modifikasi perilaku. Siklus kegiatannya diperlukan (act), perencanaan (plan), pengamatan (observation), refleksi  hasil kegiatan pembelajaran (reflextion), dan perencanaan  kembali (re-plan) dan seterusnya, sampai ditemukan kesempurnaan perilaku sasaran tertentu pada sasaran akhir (annual goals).
Dalam out put atau keluaran, program hendaknya berfokus pada perilaku sasaran yang telah ditentukan, dan merupakan konsekuensi berikutnya. Semua hasil yang berkaitan dengan tingkat kestabilan perkembangan perilaku tertentu perlu dicatat dalam sebuah formulir pencatatan khusus (disebut dengan recording sheet for rate data). Semua hasil catatan itu kemudian di rekapitulasi dan dipetakan dalam sebuah grafik single-case design. Penghitungan stabilitas perkembangan (trend stability) merupakan analisis untuk menghitung kadar perkembangannya, apakah masih labil (disebut Variable) atau sudah tetap (disebut dengan Constant). Disebut dengan constant apabila nilai trend stability berada pada 85% ke atas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar