Tampilkan postingan dengan label syiefa:). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label syiefa:). Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 April 2012

Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Berbicara tentang pendidikan nasional atau sekolah di negara ini, yang sering menjadi sorotan adalah masalah nilai atau kemampuan kognitif siswa, bangunan sekolah, dan kesejahteraan guru. Jarang sekali isu kepribadian siswa diungkit, apalagi peran guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah dalam pembentukan pribadi siswa.
Bimbingan Konseling seolah menjadi topik yang tidak seksi untuk dibicarakan. Padahal, kalau merujuk ke negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan. Beberapa minggu yang lalu seorang teman di Malaysia bercerita betapa berkembanganya ilmu BK di negeri itu. Lalu, kenapa di Indonesia isu tentang BK menjadi isu nomor 2, kalaupun diangkat, bukan menjadi isu nasional tetapi daerah. Gerakan yang terlihat malah dari daerah, bahkan dari sekolah-sekolah.
Isu BK yang tidak seksi ini mengakibatkan sekolah-sekolah tidak memiliki paradigma yang tunggal terhadap BK. Di bawah ini saya mencoba membangi sekolah ke dalam 5 kelompok, berkaitan dengan BK: Pertama, sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter siswa. Kesadaran ini mendorong sekolah ini menata sistem ke BK-an menjadi salah satu elemen penting sekolah. Untuk membangun sistim ke BK-an ini mereka melakukan studi banding, membangun fasilitas BK, memberikan waktu masuk kelas untuk guru BK, melibatkan tenaga BK dalam seluruh prose perkembangan siswa, menempatkan BK sebagai rekan guru bukan hanya sebagai pelengkap, mengirim guru-guru BK mengikuti seminar.
Kedua, sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan (swasta) atau pemerintah (negeri). Keberadaan BK di sekolah ini antara ada dan tiada, hidup segan mati tak mau. Di sekolah kategori ini semua konsep ke BK-an hanya tinggal dalam angan-angan. Untuk membangun manajemen BK di sekolah ini butuh tenaga ekstra. Pendekatan yang dilakukanpun harus bervariasi. Ada pendekatan pragmatis, ada pendekatan structural.
Ketiga, Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK jadul. Guru BK masih dianggap sebagai polisi sekolah, hanya menangani orang yang bermasalah. Sekolah ini cenderung tidak terbuka terhadap perkembangan ilmu BK dan tidak melihat fungsi BK dalam pembentukan pribadi siswa. Guru BK masih ditempatkan sebagai pelengkap dalam proses pendidikan anak, bukan sebagai rekan tenaga pengajar. Bahkan ironisnya, yang menjadi guru BK bukan lulusan Bimbingan dan Konseling. Sekolah ini anti perubahan.
Keempat, sekolah yang belum memiliki manajemen BK. Penyembanya, bisa karena belum ada tenaga, atau tidak ada yang tahu sehingga tidak ada yang memulau, atau bisa juga karena masalah financial, atau menganggap tidak perlu. Biasanya sekolah kategori ini terdapat di kecamatan atau sekolah anak tidak mampu.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling. Mampukan Prodi BK melihat ini menjadi peluang, menjadikan sekolah-sekolah in sebagai laboratorium bagi mahasiswa. Salah satu gagasan yang bias dicoba Prodi BK adalah membentuk satu uni formal menangani manajemen ke-BK-an di sekolah-sekolah yang belum ada BKnya. Unit formal ini bias diberi nama Unit Pendampingan Sekolah. Fungsi unit ini adalah melaklukan monitoring, training, dan pendampingan berkelanjutan sampai BK di sekolah itu terbentuk dan berfungsi dengan baik. Pembentukan unit ini akan memberi arti ganda kepada Prodi BK. Di satu sisi menjadi tempat mahasiswa berpraktek, disisi lain mengangkat citra BK. Mari kita wujudkan.

Senin, 09 April 2012

TEORI NEUROFISIOLOGIS DOMINAN “ Donald Olding Hebb “


A.   Donald Olding Hebb
Donald Olding Hebb lahir pada 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia. Kedua orang tuanya adalah dokter. Pada tahun 1925 Hebb meraih B.A dari Dollhusie university dengan nilai minimal. Pada usia 23 tahun, dia membaca karya Freud dan merasa bahwa ilmu psikologi masih perlu diperbaiki. Karena ketua jurusan psikologi di McGill university adalah kawan dari ibunya, dia diterima menjadi mahasiswa psikologi paruh waktu meski nilai kelulusannya payah.
Selama di McGill, Hebb dididik dalam tradisi Pavlovian, dan dia mendapat gelar M.A. pada 1932. Meski dididik dalam tradisi Pavlovian, dia melihat ada keterbatasan dalam teori Pavlovian dan meragukan arti pentingnya. Pada 1934 Hebb memutuskan meneruskan pendidikannya ke University of Chicago, dimana dia bekerjasama denga Lashley dan mengikuti kuliah Kohler.
Pada 1935, Lashley menjadi profesor di Harvard, dan dia mengundang Hebb untuk bekerja sama. Pada 1936, Hebb mendapat gelar Ph.D. dari Harvard dan menjadi pengajar dan asisten riset di Harvard selama setahun. Pada 1937, Hebb pindah ke Montreal Neurological Institute untuk bekerja sama bersama ahli bedah otak terkenal Wilder Penfield. Tugas Hebb mempelajari status psikologis dari pasien Penfield setelah pembedahan otak.
Setelah meneliti pasien Penfield selama lima tahun (1937-1942), Hebb (1980) mengambil kesimpulan tentang intelegensi yang kelak menjadi bagian penting dari teorinya :”pengalaman di masa kanak-kanak biasanya akan mengembangkan konsep, mode pemikiran, dan cara memahami sesuatu yang menjadi unsur penyusun intelegensi. Cedera pada otak bayi akan mengganggu proses itu, tetapi cedera yang sama pada usia dewasa tidak.” (h.292).
Hebb telah membuat 3 observasi yang dijelaskan lewat teorinya:
1. otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung).
2. intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik.
3. pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam mempengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa.
Buku pertama Hebb adalah The Organization of Behavior (1949). Publikasi lainnya “Drives and The C.N.S. (Conceptual Nervous System), menunjukkan kesediaan Hebb (1972) untuk “memfisiologiskan” proses psikologis. Buku lainnya adalah “Textbook of Psychology” yang berisi banyak tentang teorinya.  Penjelasan Hebb yang lebih teknis ada dalam “A Study of Science” (1959).
Setelah pensiun dari McGill university pada 1974, Hebb kembali ke Chester, Nova Scotia, tempat kelahirannya. Dia tetap aktif secara fisik di dunia psikologi sampai dia meninggal pada 20 Agustus 1985, di sebuah rumah sakit (Beach, 1987, h. 187).
B.   Konsep Teoritis Utama
Lingkungan Terbatas
Beberapa eksperimen menunjukkan efek restricted environment (lingkungan terbatas) yang bisa melemahkan perkembangan belajar awal dan perkembangan sistem syaraf. Ahli opthalmologi dari Jerman, Von Senden (1932), meneliti orang dewasa yang dilahirkan dengan menderita katarak bawaan yang tiba-tiba mampu melihat setelah katarak itu dioperasi. Ditemukan bahwa individu ini dapat dengan segera mendeteksi kehadiran suatu objek, tetapi mereka tidak bisa mengidentifikasi dengan menggunakan petunjuk visual saja.
Temuan ini menunjukkan bahwa beberapa persepsi tentang bentuk adalah bersifat bawaan (innate), namun pengalaman visual dengan berbagai macam objek adalah perlu sebelum objek-objek itu dapat dibedakan satu sama lain. Pelan-pelan, dengan latihan keras individu yang sebelumnya buta ini akhirnya bisa mengenali objek di lingkungan, dan persepsinya mendekati normal. Banyak studi lain yang mendukung kesimpulan bahwa dengan membatasi pengalaman sebelumnya, seseorang bisa mencampuri perkembangan intelektual dan perseptual.
Lingkungan yang kaya
            Enriched environment (lingkungan yang kaya) adalah lingkungan dengan berbagai macam pengalaman motor dan sensoris, akan memperkaya perkembangan. Efek dari lingkungan yang tidak terbatas itu tidak permanen. Bahaya atau kerugian yang disebabkan oleh lingkungan yang terbatas dapat dihilangkan jika kondisi lingkungannya diubah menjadi lebih baik.
            Diversitas sensoris yang disediakan oleh lingkungan yang kaya memungkinkan hewan membangun lebih banyak sirkuit ata jaringan neural (saraf) yang lebih kompleks. Setelah berkembang, sirkuit neural ini akan dipakai dalam dipakai dalam  proses belajar yang baru. Pengalaman sensoris sederhana dalam lingkungan yang miskin akan membatasi sirkuit neural atau menunda perkembangannyadan hewan yang dibesarkan dalam lingkungan ini akan kurang bagus dalam memecahkan problem. Semua observasi ini memperkuat pandangan empiris Hebb. Intelegensi, persepsi, dan bahkan emosi dipelajari dari pengalaman dan karenanya bukan warisan seperti diklaim nativis.


Kumpulan sel
Setiap lingkungan yang kita alami akan menstimulasi pola neuron yang kompleks, yang dinamakan cell assembly (kumpulan sel). Hebb (1949) menganggap kumpulan sel ini sebagai sistem neuron yang dinamis, bukan statis atau tetap. Kumpulan sel adalah paket neurologis yang saling terkait yang dapat diaktifkan oleh stimulasi eksternal atau internal, atau kombinasi keduanya. Ketika satu kumpulan sel aktif, kita mengaktifkan pemikiran tentang kejadian yang dipresentasikan oleh kumpulan tersebut. Menurut Hebb, kumpulan sel adalah basis neurologis dari ide atau pemikiran.
Sekuensi fase
            Phase sequence (sekuensi fase) adalah “serangkaian aktifitas kumpulan yang terintegrasi secara temporer, ia sama dengan arus pemikiran” (Hebb, 1959, h.629). setelah berkembang, sebuah urutan atau sekuensi fase, seperti kumpulan sel dapat diaktifkan oleh stimuli internal, stimuli eksternal, atau kombinasi kedua stimuli itu. Ketika satu fase aktif, kita mengalami arus pemikiran, yakni serangkaian ide yang ditata secara logis.
            Menurut Hebb ada dua jenis belajar. Yang pertama melibatkan pembentukan kumpulan sel secara pelan di masa awal kehidupan dan mungkin dapat dijelaskan dengan salah satu teori belajar S-R, seperti teori Guthrie. Jenis belajar ini adalah asosiasionisme langsung. Hebb berpendapat  bahwa variabel yang mempengaruhi belajar anak-anak dan yang mempengaruhi orang dewasa adalah variabel yang berbeda-beda.  Proses belajarnya anak akan menjadi kerangka dasar untuk proses belajar selanjutnya.
Teori kewaspadaan/ kesiapan
            Hebb membahas hubungan antara level stimulasi dengan pelaksanaan fungsi kognitif ini dalam konteks arousal theory (teori kewaspadaan). Menurut Hebb (1955), impuls neural yang dimunculkan oleh stimulasi dari satu reseptor indra memiliki dua fungsi. Yang pertama dinamakan cue function of a stimulus (fungsi petunjuk dari stimulus). Fungsi kedua adalah arrousal function of stimulus (fungsi kewaspadaan dari suatu stimulus).
            Ketika level kewaspadaan terlalu rendah, seperti organisme sangat mengantuk, informasi sensoris yang ditransmisikan ke otak tidak dapat digunakan. Demikian pula, jika level kewaspadaan terlalu tinggi, maka akan terlalu banyak informasi dikirim ke korteks, dan akibatnya adalah kebingungan, respon yang berkonflik, dan perilaku yang tak relevan. Jadi diperlukan level kewaspadaan yang tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah agar pelaksanaan fungsi kortikal menjadi optimal dan karenanya menghasilkan kinerja yang optimal.
Teori kewaspadaan dan penguatan
            Menurut Hebb, jika level kewaspadaan terlalu tinggi, ia akan beroperasi pada lingkungan dengan cara sedemikian rupa untuk mereduksi level itu. Menurut Hebb (1955), mencari kegairahan atau kesenangan adalah motif yang signifikan dalam perilaku manusia.
Depriasi sensoris
            Sensory deprivation (deprivasi sensoris) menghasilkan efek lebih dari sekedar kejenuhan.kebutuhan akan stimulasi normal dari lingkungan yang bervariasi adalah persoalan fundamental. Tanpa itu, fungsi mental dan personalitas akan memburuk. Subjek dalam isolasi mengeluh tidak bisa berpikir secara koheren, mereka semakin berkurang kemampuannya dalam memecahkan masalah, dan mereka mengalami halusinasi.
            Ketika kondisi deprivasi sensoris sangat parah, orang akan merasa dirinya tertekan dan hanya bisa menoleransi dalam waktu singkat. Hebb menyimpulkan dari riset ini bahwa pengalaman sensoris bukan hanya perlu untuk perkembangan neuroisiologis yang tepat, tetapi juga perlu untuk menjaga fungsi normal. Jika semua kebutuhan pokok terpenuhi, jika seseorang tidak merasakan stimulasi normal, dia akan mengalami disorientasi yang parah.
Sifat Rasa Takut
            Hebb (1946) menyimpulkan takut terjadi ketika suatu objek dilihat sebagai sesuatu yang cukup familier dalam hal tertentu sehingga membangkitkan proses membangkitkan persepsi yang biasa, namun dalam hal objek itu lain menimbulkan proses yang tidak kompatibel (h.268).
Memori Jangka Panjang dan Jangka Pendek
            Periset kini umumnya sepakat ada dua jenis memori: short-term memory (memori jangka pendek) dan long-term memory (memori jangka panjang). Memori jangka pendek diterjemahkan ke dalam memori jangka panjang disebut sebagai consolidation theory (teori konsolidasi), dan Hebb adalah salah satu pendukung utama teori ini.
            Teori memori jangka pendek dilihat sebagai aktifitas neural yang relatif sementara yang dipicu oleh stimulasi sensoris tetapi terus berlanjut selama beberapa waktu setelah kejadian sensoris itu berhenti. Hebb berspekulasi bahwa untuk spekulasi fase, gema dari aktifitas itu mungkin bertahan mulai dari satu detik sampai sepuluh detik (1949, 143).
            Bukti lain bagi teori konsolidasi datang dari fenomena yang disebut retrograde amnesia (amnesia yang memburuk), yakni hilangnya memori tentang suatu kejadian sebelum terkena pengalaman traumatis, seperti kecelakaan atau cedera karena perang.
Konsolidasi dan otak
Sejumlah struktur otak yang saling terkait, yang secara kolektif disebut limbic system (sistem limbik), adalah penting bagi pengalaman berbagai macam emosi. Brendsa Milner, salah satu mahasiswa Hebb di McGill University, mempelajari seorang pasien yang disebut dengan inisial H.M,. yang sedang menjalani pemulihan dari operasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan peyakit epilepsinya (Milner, 1959, 1965; Scoville & Milner, 1957). Setelah operasi, H.M. menunjukkan kasus anterograde amnesia yang parah. Yakni, dia tak begitu kesulitan mengingat kejadian yang terjadi sebelum operasi dijalankan, tetapi dia tampaknya sangat kesulitan mengonsolidasi memori jangka panjangnya.
Ada setidaknya dua jenis memoi jangka panjang, memori deklaratif dan memori prosedural, yang masing-masing memiliki mekanisme neural sendiri-sendiri untuk melakukan konsolidasi. Lebih jauh, aktifitas sistem limbik  (untuk memori deklaratif) dan basal ganglia  (untuki memori prosedural)dibutuhkan untuk mengubah memori jangka pendek yang relatif tidak stabil menjadi memori jangka panjang yang permanen.
C.   Pengaruh Hebb Terhadap Riset Neurosaintifik
Pusat Penguatan Di Otak
Pusat penguatan diotakdibab tentang pavlov telahkita kemukakan bahwa penemuan refleks yang dikondisikan adalah secara tak disengaja. Serendipity, yakni menemukan sesuatu yang saat mencari hal yang lain, membawa kita pada penemuan fenomena penting dan terkadang menjadi terobosan ilmiah. Contohlain dari penemuan tidak sengaja dalam ilmu pengetahuan adalah penemuan reinforcement centers in the brain (pusat penguatan diotak) oleh Old dan Milner (1954).
Old dan milner dipuji karena menemukan pusat kesenangan diotak.Kita sengaja menggunakan istilah pusat penguatan karena riset subtansional menunjukkan bahwa fenomena yang di temuka old dan milner tak banyak hubunganya dengan kesenangan dan lebih banyak berhubungan dengan aktivitas dan motivasi dari penguatprimer seperti makanan dan air. Karakteristik itu adalah:
1.      Tidak diperlukan deprivasi sebelum training. Berbeda dengan training dengan makanan atau air sebagai penguat, secara umum tidak perlu jadwal deprivasi saat stimulasi otak langsung dipakai sebagai penguat.
2.      Kepuasan (kekenyangan) tidak terjadi. Ketika kebutuhan akan air dan makanan dipakai sebagai penguat, hewan pada akhirnya kenyang atau puas; yakni, kebutuhan akan air dan makanan akan terpenuhi dan ia akan berhenti memberikan respon.
3.      Lebih diprioritaskan ketimbang dorongan lain. Pada hewan, akan terus menerus menekan tuas untuk mendapatkan stimulasi otak langsung meskipun, tidak mendapatkan makanan dan mereka delim makan pada jangka waktu yang cukup lama.
4.      Ada pelenyapan yang cepat. Pelenyapan terjadi dengan sangatcepat setelah penguatan stimulasi otak dihentikan.
Peran dopamine.Riset yangbelakangantentang pusat penguatan difokusakan pada bagian kecil dari sistem limbik yang dinamakan nucleus accumbens.Berbeda dengan hipotesis bahwa dopamin mendasari sensasi kesenagngan yang diasosiasikan dengan penguat primer atau obat-obatan adiktif, ada banyak studi yang menunjukkan bahawa nucleus accumbens dopamin memperantarai efek aktivasional/motivasional dari penguat.
Beberapa periset menunjukkan bahwa aktivitas dopamin dalam nucleus accumben memediasi antisipasi, pembentukan dan penguatan, bukan kesenangan yang diasosiasikan denganya.Hipotesis ini tampaknya berpengaruh karena beberapa alasan. Pertama, ia membantu memnjelaskan beberapa karakteristik yang tidak lazim dalam stimulasi penguatan otak. Kedua, ia menimbulkan interpretasi baru terhadap masalah kecanduan obat dan perilaku yang diasosiasikan dengan kecanduan. Terakhir, ia menjelaskan mengapa, bahkan sesudah zat adiktif kehilangan kemampuanya untuk menghasilkan sensasi kesenangan yang kuat, mereka tetap menghasilkan kesenagngan. Para riset ini menunjukkan bahwa sensitiasi jangka panjang dari nucleus accumben adalah yang memperantarai perilaku obsesif dalam kecanduan bahkan pengaruh obat ini sudah tidak ada.
Riset terhadap Belahan Otak
Corpus collosum adalah kumpulan serat yang menghubungkan dua bagian otak. Selama bertahun-tahun, fungsi corpus collosum tidak diketahui tetapi pada awal 1960-an ditemukan bahwa ia berperan penting mentranfer informasi dari satu belahan otak kebelahan lainya.
Sperry (1961) kemudian mencari mekanisme yang mentransfer informasi dari satu otak keotak yang lainya.Langkah pertama yaitu, menutup optic chiasm, baik sebelum maupun sesudah training.Langkah selanjutnya adalah menutup optic chiasm dan corpus collosum sebelum training.
Proses Belajar Dan Pemprosesan Otak Kiri Dan Otak Kananpada 1836 Marc Darx melaporkan bahwa hilangnya kemampuan berbicara berasal dari kerusakan otak kiri, bukan otak kanan. Observasi Darx diabaikan, hingga setelah Paul Broca, seorang dokter terkenal, melakukan observasi yang sama pada 1861. Dalam kenyataanya, kita masih merujuk pada area bahasa dalam otak kiri seprti yang dikemukakan Broca.Temuan bahwa bagi mayoritas orang area kemampuan bicara berada diotak kiri tetapi tidak ada diotak kanan telah memberikan bukti ilmiah bahwa kedua otak itu berfungsi secara asimetris.
Ditemukan bahwa individu yang mengalami kerusakan otak kanan kemungkinan akan menunjukkan kesulitan dalam memperhatikan atau gangguan persepsi..mereka mungkin akan bingung dengan daerah yang seudah dikenalinya dan sulitmengenali wajah keluargadan objek yang dikenalinya. Individu yang mengalami gangguan diotak kanan lebih mungkin menunjukkan neglect Syndrome (sindrom pengabaian) ketimbanh mereka mengalami gangguan diotak kiri. Sindrom ini adalah kegagalan untuk melihat atau memperhatikan bidang visual disebelah kiri atau bahkan sisi kira tubuh
Fungsi Belahan Otak di Otak Normal
Berdasarkan studi individu yang mengalami gangguan otak dan mereka yang otaknya pernah dioperasi karena alasan medis, tampak bahwa masing-masing belahan otak dapat memahami, belajar, mengingat, dan merasa secara terpisah atau secara independen. Salah satu metodeyang digunakan untuk mengetahui bagaimana dua belahan otak itu berfungsi pada individu dengan otak normal dan sehat adalah dengan dichotic listening.
Teknik dichotic listening adalah dengan mengirimkan informasi yang saling bersaing seperti sepasang suku kata atau angka, ketelinga kiri dan kanan secara bersamaan melalui headphone stereo.Beberapa pihak membantah dengan berargumen bahwa ketimbang mengambil kesimpulan dari riset dichotic listening bahwa belahan otak kiri dikhususkan untuk persepsi bicara secara umum, adalah lebih akurat jika disimpulakn bahwa belahan otak kiri dikhususkan untuk persepsi suara atau perhatian umum.Namun, fakta bahwa kebanyakan orang yang tidak kidal memahami melodi (kimura, 1964) dan suara lingkungan, seperti anjing menggonggong atau mesin mobil secara lebih baik dengan menggunakan teling kirinya (belahan otak kanan) tidak mendukung bantahan argumen tersebut.
D.   Sel Rill dan Kumpulan Sel Rill
Apresiasi terhadap spekulasi Hebb sebagian bergantung pada pemahaman tentang belajar antara dua neuron. Sebuah neuron terdiri dari satu tubuh sel; satu atu lebih proses yang lebih luas dinamakan axom sel lain.
Sel-sel otak berhubungan dengan ratusan atau mungkin ribuan sel lain. Aktivitasnya adalah hasil dari penyajian terus menerus informasi dari sel-sel sekitarnya.Kita bisa membayangkan pada level paling mendasar bahwa belajar membutuhkan perubahan dalam hubungan antara dua sel, dan ini adalah level dimana Hebb untuk menfokuskan diri pertama kalinya. Secara spesifik, belajar terdiri dari perubahan dalam respon sel penerima terhadap neurotransmiter yang dilepaskan oleh sel pengirim

Belajar dalam Aplysia
Hambatan utama yang untuk memahami mekanisme belajar, rekrutmen, fraksional adalah banyaknya jumlah neuron yang terlibat dalam perilaku mamalia, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Eric Kandel dan rekannya, memecahkan problem ini dengan meneliti moluska dilautan yang tidak punya cangkang atau disebut aplysia, yang punya sitem saraf yang sederhana namun menunjukkan perilaku yang sama dengan fenomena kumpulan sel.
Riset Kandel menunjukkan bahwa kejadian kritis yang memediasi habituasi adalah berkurangnya pelepasan neurotransmiter dari neuron sensorik yang berfungsi sebagai sinyal bagi neuron motor yang memicu gerak mengerut refleksi diorgan eksternal tersebut.
Belajar Kembali Setelah Cedera Otak. Cedera otak yang disebabkan oleh stroke akan menyebabkan matinya neuron, dan sel-sel ini tidak diregenerasi. Setelah terkena stroke, hilangnya control atas tangan atau terganggunya kemampuan bicara sering disebabkan oleh matinya sel-sel  yang berkaitan dengan pengontrolan gerak tangan atau bahasa. Meskipun cedera itu bersifat merusak, beberapa pasien menunjukkan pemulihan sebagian atau pemulihan sepenuhnya. Dalam term Hebbian, pemulihan ini melibatkan perkembangan perkumpulan sel baru dan sekuensi fase baru. Azari dan Seitz (2000) menggunakan alat pemindai (scan) positron emission tomography (PET) untuk menunjukkan bahwa pemulihan pasca srtoke adalah disebabkan oleh rekrutmen pola synaptic baru yang biasanya tidak ada dalam otak yang sehat. Cornelissen et al., (2003) menggunakan teknologi scanning lain yang disebut magnetoenchepalography (MEG) untuk pasien stroke yang juga terkena anomia (ketidak mampuan menyebut nama objek umum).
Mekanisme yang Kompleks.Banyak factor yang mempengarui neuroplastisitas, dan banyak dari mekanisme ini mungkin beroperasi secara simultan.Beberapa diantaranya, misalnya factor pertumbuhan saraf, dan factor neurotrophis, ikut memperkaya plastisitas. Selain itu, hormone seks memainkan peran penting dalam menentukan morfologi (bentuk) neuron dan level hormone seks adalah mediator yang penting dari plasisitas.
Plastisitas utama diungkapkan oleh Gage dan rekannya, yang menunjukkan bahwa neurogenesis, yakni kelahiran dan perkembangan neuron baru, terjadi di masa dewasa di sebagian otak banyak hewan dan juga manusia. Secara spesifik, bagian dari dentate gyrus di hippocampus dan bagian struktur otak depan berhubungan dengan bagian indra penciuman yang memproduksi sel-sel yang berbentuk batangan. Sel- sel ini bisa dibedakan menjadi neuron, glia, atau kapiler.
E.    Koneksionisme Baru
Sel Artifisial dan Kumpulan Sel Artifisial
Hebb mungkin tidak pernah menyangka bahwa idenya dipakai dalam dunia simulasi computer abstrak. Namun, pendekatan terbaru untuk memahami cara system neural menjalani proses belajar adalah dengan tidak melibatkan neuron actual sama sekali. Kini dipakai computer untuk membuat model aktivitas sel otak. Model ini dipakai untuk mempelajari proses belajar, memori, lupa, dan aktivitas otak lainnya. Bidang ini belum memiliki nama yang disepakati umum, namun ia disebut sebagai koneksionisme baru, dan model yang dipakainya disebut neural network (jaringan neural). Tugas dasar dari simulasi computer ini pertama-tama adalah mendefinisikan seperangkat neuron computer dan interkoneksi dan hubungan potensialnya.Kemudian, sejumlah asumsi yang disederhanakan, yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang neuron riil, dekenakan ke neuron artificial ini. Selain itu kaidah belajar logika sederhana akan mengatur perubahan yang terjadi dalam neuron computer dan interkoneksinya. Terakhir, system neural artificial ini “dilatih” dan kemudian diamati untuk mengamati bagaimana ia berubah. Contoh sederhana jaringan neural, yang dinamakan asosiator pola,mungkin berfungsi untuk menunjukkan ide, tetapi ingat bahwa fenomena yang lebih kompleks telah dibuatkan modelnya dalam jaringan neural.
F.     Pandangan Hebb tentang Pendidikan
            Menurut Hebb, ada dua jenis belajar. Yang pertama berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara gradual selama bayi dan kanak-kanak. Proses belajar awal ini representasi neurologis atau objek dan lingkungan. Ketika perkembangan neural ini terjadi, anak dapat memikirkan suatu objek atau kejadian atau sederetan objek dan kejadian yang tidak hadir secara fisik didepannya. Selama proses belajar awal anak harus berada dalam lingkungan yang kaya, yang berisi berbagai macam pemandangan, suara, tekstur, bentuk objek dan sebagainya. Semakin kompleks suatu lingkungan, semakin banyak yang direpresentasikan dalam level neurologis.Semakin banyak yang direpresentasikan di level neural, semakin besar kemampuan anak untuk berfikir. Menurut Hebb, selama proses belajar awal mungkin terdapat prosesasosiasi tertentu. Hal yang tampaknya penting untuk perkembangan kumpulan sel dan sekuensi fase adalah prinsip kontinguitas dan frekuensi.Misalnya, sederetan kejadian lingkungan sering terjadi, ia akan direpresentasikan secara neurologis sebagai sekuensi fase.
            Jenis belajar kedua, lebih dapat dijelaskan dengan prinsip Gestalt ketimbang dengan prinsip asosiasionistik.Setelah kumpulan sel dan sekuensi fase berkembang pada masa kecil, proses belajar selanjutnya biasanya berupa penataan ulang. Dengan kata lain, setelah blok bangunan terbentuk, blok itu dapat diatur kembali menjadi berbagai macam bentuk. Hebb mengatakan bahwa karateristik fisik dan lingkungan belajar adalah sangat penting. Untuk tugas dan siswa tertentu ada level kewaspadaan atau kesiapan optimal yang membuat proses belajar menjadi efisien. Karena level kesiapan ini dikontrol oleh stimulasi eksternal, maka level stimulasi dalam lingkungan belajar akan menentukan seberapa proses belajar berlangsung. Jika terlalu banyak stimulasi, proses belajar akan sulit. Jika kekurangan stimulasi, proses belajar juga sulit. Yang diperlukan adalah level stimulasi optimal untuk tugas siswa.
Belajar Otak Kiri, Otak Kanan.Fungsi otak normal adalah saling terkait secara keseluruhan, mustahil untuk menciptakan pengalaman pendidikan yang dikhususkan pada satu belahan otak saja. Levy (1985) mengatakan : “Karena dua belahan otak tidak berfungsi secara sendiri-sendiri, maka mustahil untuk medidik satu belahan otak saja pada otak yang normal. Otak kanan akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan otak kiri dalam pelajaran sastra, dan otak kiri akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan otak kanan dalam pelajaran music dan melukis”.
G.    Penerapan Teori Hebb pada Siswa
1.      Aplikasi dalam kehidupan nyata.
Selama proses pembelajaran awal, sebuah lingkungan yang kaya akan stimulus akan menjadi sangat penting untuk seorang anak, termasuk bermacam-macam objek penglihatan, suara tekstur, bentuk, objek, dan yang lainnya. Semakin kompleks lingkungan, akan semakin banyak terwakili dalam tingkat neurologis. Semakin banyak terwakili dalam neurologis, semakin banyak anak tersebut berpikir.Hebb menyarankan agar anak-anak diberi lingkungan dengan bermacam-macam stimulus atau varietas.
2.      Sementara yang dominan dalam teori Hebb berupa Synaptic transmisi dalam sistem saraf kemudian ditemukan menjadi kimia modern buatan jaringan dgn saraf Buatan jaringan dgn saraf Dgn saraf buatan sebuah jaringan, sering hanya disebut "dgn saraf jaringan", adalah sebuah model matematika atau komputer model berdasarkan biologi dgn saraf jaringan masih berdasarkan transmisi sinyal listrik impulses melalui Hebbian teori
3.      Sebagai guru dan kepala sekolah di Montreal dan di tahun kemudian di McGill University, dia menjadi guru yang sangat efektif dan pengaruh yang besar pada pemikiran Ilmiah yang kemudian ia siswa. Sebagai profesor di McGill, ia percaya bahwa motivasi bukan satu-satunya yang menyebabkan siswa belajar, tetapi menciptakan kondisi yang diperlukan bagi siswa di mana mereka untuk melakukan kajian dan penelitian. Hal ini dapat melatih mereka untuk menulis, membantu mereka dalam memilih masalah untuk belajar, dan bahkan membantu mereka tetap tidak bimbang, namun motivasi dan semangat untuk penelitian dan belajar harus datang dari siswa itu sendiri. Ia percaya bahwa siswa harus dievaluasi pada kemampuan mereka untuk berpikir dan membuat daripada kemampuan mereka untuk menghfal dan mengulang ide lama.Hebb menulis The Perilaku Organisasi, Neuropsychological Teori, ia membantah buku yang menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menjelaskan perilaku adalah dalam hal fungsi otak.

H.   Evaluasi Teori Hebb
Kontribusi terpenting Hebb adalah demonstrasi konseptualnya bahwa kita dapat mempelajari proses kognitif yang lebih tinggi dengan menggunakan neuron atau synapse sebagai alat utamanya. Hebb adalah periset utama yang memperlihatkan hubungan fundamental antara aktifitas synaptic dan semua fenomena otak pada level yang lebih tinggi dan menyusun model sederhana dari bagaimana proses ini terjadi dari kejadian-kejadian synaptic.
Seperti Tolman, Hebb melihat perbedaan antara motivasi dan belajar, dan ia juga melihat kesulitan yang ada dalam upaya pemisahan keduanya. Dengan riset mengenai kesiapan/ kewaspadaan, deprivasi sensoris, penguatan, dan rasa takut, Hebb memberi pengaruh penting pada studi motivasi dan studi belajar.

Contoh Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling

Bahan ini cocok untuk Sekolah Menengah.
Nama : Slameto
Saya Dosen di UKSW salatiga
Tanggal: 8 Mei 2002
Judul Artikel: Memahami dan Menolong Siswa Yang Kurang PD
Topik: Studi Kasus Untuk Bimbingan Konseling.
Artikel: Deskripsi kasus

Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.
TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING
Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi ketakutan / kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional / logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.
Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
PENUTUP
Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri, yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
  1. Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli.
  2. Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli.
  3. Kesegaran hasil yang dicapai.
  4. Kedalaman dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya sendiri kalah.
Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengakui sepenuhnya bahwa kita sebagian besar bertanggungjawab penciptaan masalah-masalah kita sendiri; (2) menerima pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-gangguan secara berarti; (3) menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaan-kepercayaan tidak rasional ; (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini; (5) menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik harus menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan (6) mempraktekkan metode-metode RET untuk menghilangkan atau merubah konsekuensi-konsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini.
SUMBER
Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana Semarang.
Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK, Jakarta
Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.

Sabtu, 07 April 2012

Fungsi,Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konselin

Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling