Pengertian
Definisi Hiperaktif menurut Stewart (1970;94) sebagai berikut:
“….. Hyperactive child
syndrome, typically a child with this syndrome is continually in motion, cannot
concentrate for more than a moment, acts and speaks on impulse, is impatient
and easily opset. Athome he is constanly in trouble of his restlessness,
noisiness and disobedience in school he is readly distracted, rarely finishes
his work, tends to down and talk out of turn in class and becomes labeled
discipline problems” (dalam Kaulfman,
J.M, 1985;174).
Anak hiperaktif adalah
anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas (GPPH)
atau attention deficit and hyperactivity
disorder (ADHD). Attention-deficit/Hyperactivity
Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perilaku yang
ditandai gangguan pemusatan perhatian (inattentiveness),
perilaku impulsif (impulsivity), dan dapat disertai aktivitas
berlebihan (overactivity/hyperactivity) yang
tidak sesuai dengan umurnya. ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling
sering ditemukan pada anak. ADHD ditemukan pada sekitar 412% di antara anak
sekolah. Di dalam masyarakat, diperkirakan ADHD sekitar 9,2% laki-laki dan 2,9%
perempuan.
Menurut Dr. Erik Taylor, Hiperaktivitas yaitu pola perilaku overaktif
yang cenderung ngawur (tidak pada tempatnya).
Jenis- Jenis Hiperaktif
Para
ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi
ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1.
Tipe
anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka
sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada
“di awang-awang”.
2.
Tipe
anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan
impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada
anak- anak kecil.
3.
Tipe
gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya,
hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi
yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan
impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan
tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh
anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari
satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu
yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Ciri-ciri Anak Hiperaktif
1. Tidak
fokus atau mudah sekali dialihkan perhatiannya
Misalnya, anak Anda hiperaktif.
Maka, kebanyakan dari kegiatan yang sedang dia lakukan tidak bisa bertahan
lama. Saat dia bermain bola, kemudian ada anak lain yang melintas di depan
sambil membawa balon, dia akan membuang bolanya dan ikut bermain balon bersama
anak lain. Begitu ada anak lain yang berbeda, dia bisa mengalihkan perhatiannya
untuk mengikuti anak tersebut. Anak hiperaktif tidak bisa bertahan diam lebih
dari 5 menit. Anak ini juga suka berteriak-teriak tidak jelas, dan berbicara
semaunya. Juga memiliki sikap yang tidak mudah dipahami.
2. Sifat Menentang
Anak hiperaktif lebih sulit
dinasehati dari pada anak non-hiperaktif. Misal, ia sedang bermain naik turun
tangga dan kita memintanya untuk berhenti, ia akan diam saja atau marah dengan
tetap melanjutkan bermain.
3. Destruktif
Sebagai perusak ulung, anak
hiperaktif harus dijauhkan dari ruangan yang banyak benda-benda berharga atau
barang pecah belah dan sejenisnya. Sikap yang suka melempar, menghancurkan
barang inilah yang disebut destruktif.
4. Tidak Mengenal Lelah
Tidak akan tampak kelelahan saat ia
bermain maupun setelah ia bermain. Setiap hari berlari, berjalan dan melakukan
kegiatan tanpa tujuan jelas, bergerak terus adanya.
5. Tanpa Tujuan
Jelas
Anak aktif
membuka buku untuk dibaca, anak hiperaktif membuka buku untuk disobek,
dilipat-lipat, atau dibolak balik saja tanpa membaca.
6. Bukan Penyabar yang Baik Dan Usil
Sering saat bermain, ia dengan tidak
sabar mengambil mainan dengan paksa. Tidak suka jika menunggu giliran bermain.
Suka mendorong, mencubit, atau memukul tanpa alasan.
Pada umumnya
anak hiperaktif memiliki kebiasaan perilaku sebagai berikut:
1. Sering
menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2. Sering
meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3. Sering
berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
4. Sering tidak
mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5. Selalu
bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak
pernah habis.
6. Sering terlalu
banyak bicara.
7. Sering sulit
menunggu giliran.
8. Sering memotong
atau menyela pembicaraan.
9. Jika diajak
bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap
lawan bicaranya).
Faktor Penyebab
Hiperaktif
Berikut ini adalah
faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1.
Faktor neurologik
a)
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi
didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya
proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan
normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif.
b)
Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut
adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang
bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara
proses konsentrasi.
c)
Beberapa
studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada
anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
2.
Faktor
toksik.
Beberapa zat
makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
3.
Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari
hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih
sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan
menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4.
Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang
dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. Misalnya anak yang kurang diarahkan, sering gagal dalam
pekerjaan, kurang mengontrol diri, menurut kehendak sendiri, materi yang
disampaikan kurang menarik, diterangakan tidak mengerti, ingin bebas, kurang
perhatian, dan perilaku konsultasi.
Hubungan
antara Kesulitan Belajar, In-Atensi dan Hiperaktif menurut Batshaw & Perret, 1986: 263:
Anak dengan ADD atau ADD-H selalu mendapat kesulitan di sekolah. Mereka
selalu gagal untuk melakukan hubungan sosial dalam pelajaran berolahraga,
sedangkan di rumah mereka juga sedikit mendapat dorongan untuk menghilangkan
kesulitannya. Anak hiperaktif tersebut dapat dipastikan mempunyai kesulitan
untuk memahami konsep dan selalu gagal untuk segala kegiatan yang ia coba
lakukan.
Kasus lainnya berkaitan dengan hiperaktif, antara lain
sebagai berikut:
1. Anak tunagrahita dapat juga
mempunyai kelainan atau hendaya penyerta hiperaktif, seperti adanya in-atensi,
perilaku impulsive, frustasi, dan rendahnya kemampuan dalam bidang kognitif,
pendekatan secara medis dalam kasus semacam ini, pengobatannya kurang efektif.
2. Sifat in-atensi dan hiperaktif
terdapat juga pada anak seizure disorder,
terhadapnya terdapat problem perilaku disebabkan oleh adanya reaksi terhadap
toxic levels of Phenobarbital atau anticonvulsant lainnya.
3. Anak dengan hendaya pendengaran
dapat juga mempunyai sifat hiperaktif atau problem perilaku lainnya. Prob;lem
inin disebabkan oleh kerusakan pada sebagian sel-sel saraf pada otak, atau
adanya kesalahan mendiagnosis.
4. Pada anak dengan kesulitan
psikiantrik dapat dimungkinkan
mempunyai hiperaktif disebabkan oleh adanya perasaan tidak aman pada dirinya
atau salah mengenal tanggapan dirinya dan kurang responsivitas terhadap orang
lain.
3.6 Cara
Menangani Anak Hiperaktif
1. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh
orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong
hiperaktif:
a.
Menerima
Keadaan Anak
Bagi
para orang tua yang anaknya menderita ADHD, hal pertama dan terpenting yang
harus dilakukan adalah menerima kondisi anak. Mereka diharapkan dapat menyadari
bahwa keadaan tersebut bukanlah kemauan sang anak melainkan kondisi otaknya
yang sudah demikian sehingga muncul perilaku yang kurang positif. Karena
itu ayah, ibu, dan anggota keluarganya yang lain harus bekerja sama dengan baik
untuk dapat menangani anak tersebut. Ini ditindaklanjuti dengan upaya untuk
lebih memahami sikap dan perilaku anak serta apa yang dibutuhkannya, baik
secara psikologis, kognitif, maupun fisiologis. Jika si anak merasa keluarganya
bisa mengerti keinginannya, perasaannya, dan frustasinya, maka kondisi ini akan
meningkatkan kemungkinan anak tumbuh seperti orang-orang normal lainnya.
b.
Sediakan Sarana
Anak hiperaktif
cenderung tidak bisa diam dan ingin selalu beraktivitas. Karena itu, ruang
bermain anak hendaknya dirancang sedemikian rupa supaya tidak terlalu sempit
serta tidak dipenuhi barang-barang atau pajangan. Hal ini dilakukan agar anak
terhindar dari resiko-resiko seperti terbentur atau memecahkan barang berharga.
c.
Latih Kefokusannya
Saat bermain, anak
hiperaktif hendaknya diarahkan untuk memilih permainan-permainan yang melatih
daya konsentrasi. Contohnya, bermain puzzle, berkebun, atau memelihara
binatang. Ini dapat melatihnya untuk meningkatkan kefokusannya.
d.
Kenali Minat dan Bakatnya
Sama halnya dengan
anak-anak normal, anak hiperaktif pun memiliki minat dan bakat tertentu. Karena
itu, orang tua sebaiknya benar-benar memperhatikan dan menemukan minat dan
bakat tersebut. Ini berkaitan dengan energi berlebihan yang dimiliki si anak.
Dengan mengetahui minat dan bakatnya, anak hiperaktif dapat dapat diarahkan
untuk menyalurkan energi tersebut ke kegiatan-kegiatan positif yang mengembangkan
minat dan bakatnya. Contohnya adalah dengan melibatkan anak pada
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti belajar piano, ikut klub sepakbola,
berenang, dan lain-lain.
e.
Bangkitkan Kepercayaan Dirinya
Dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti
penguat positif. Misalnya adalah dengan memberikan pujian setiap kali ia
melakukan sesuatu dengan benar. Selain itu juga dapat dengan cara memberikan
contoh yang baik kepada anak. Jika suatu saat anak melalukan pelanggaran, orang
tuanya dapat mengingatkannya tentang contoh yang pernah mereka berikan
sebelumnya. Dan yang terpenting, saat mengingatkan, orang tua harus dapat
benar-benar mengendalikan amarahnya karena anak-anak hiperaktif rata-rata juga
sangat sensitif. Ini sangat berpengaruh pada kepercayaan dirinya.
f.
Perbaiki Jalur Pendengaran
Kebanyakan anak ADHD
memiliki masalah pendengaran. Mereka bisa mendengar tapi sulit untuk mengerti
apa yang didengarnya. Terdapat kesulitan dalam memilih suara dari seluruh
sumber suara yang ada. Ia juga kesulitan untuk fokus pada satu suara. Karena
itu, anak perlu dilatih untuk memperbaiki pemrosesan suara yang didengarnya.
Contohnya adalah dengan terapi suara. Anak diminta untuk mendengarkan kaset
khusus berisi musik selama 30-60 menit. Hasil efektif umumnya akan terlihat 100
jam pascaterapi. Aktivitas fisiknya yang berlebihan akan tampak menurun
sedangkan daya konsentrasinya meningkat.
2.
Selain
beberapa cara di atas, masih terdapat banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk
menghadapi anak-anak hiperaktif secara efektif. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
a.
Membantu
Si Hiperaktif Belajar
1)
Orang
tua dan anggota keluarga memiliki kesabaran pada si anak. Tindakan
yang menyebalkan yang ia lakukan bukan karena disengaja.
yang menyebalkan yang ia lakukan bukan karena disengaja.
2)
Menyediakan
banyak waktu, sabar, tekun, konsisten, suportif, karena si
kecil butuh perhatian khusus.
kecil butuh perhatian khusus.
3)
Anak
gangguan perhatian ini butuh bimbingan komunikasi, instruksi, respon dari orang tua.
4)
Jangan
bernafsu mengajarkan anak. Berikan dia perintah sedikit saja yang
terpenting perhatiannya tidak lepas.
terpenting perhatiannya tidak lepas.
5)
Jika
si kecil sering mengalami kegagalan sehingga ia merasa rendah,
hati-hatilah, jangan sampai orang tua mengolok-ngolok walaupun maksud Anda bercanda.
hati-hatilah, jangan sampai orang tua mengolok-ngolok walaupun maksud Anda bercanda.
b.
Membantu
Memusatkan Perhatian Anak
1)
Tunjukkan
sikap antusias pada Anak ketika menjelaskan atau mengajarkan
sesuatu.
sesuatu.
2)
Variasikan
nada dan volume suara saat mengajar. Sebelum mengajar agar ia
memperhatikan Anda, bersuaralah keras.
memperhatikan Anda, bersuaralah keras.
3)
Gunakan
alat bantu untuk mempermudah menarik perhatiannya, seperti gambar.
4)
Biarkan
anak membaca dengan bantuan jari atau alat lain untuk menunjuk
bacaan yang dibacanya sehingga perhatiannya lebih terarah.
bacaan yang dibacanya sehingga perhatiannya lebih terarah.
5)
Kreatiflah
menemukan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
6)
Berikan
penjelasan dengan singkat dan jelas.
7)
Ajak
anak belajar mengisi atau melengkapi kalimat yang belum selesai.
8)
Ajukan
pertanyaan sehingga anak berpikir dan bertanya.
9)
Latihlah
diskusi kelompok.
10) Berikan
pertanyaan mudah sehingga, mereka bisa menjawab dan tak lagi
merasa bodoh, untuk memberinya pengalaman positif.
merasa bodoh, untuk memberinya pengalaman positif.
11) Berikan
pertanyaah yang bisa dijawab anak bersama-sama sehingga mereka
bisa menjawab bersamaan
bisa menjawab bersamaan
c.
Menjaga Agar Anak Tetap Tenang
1)
Tempatkan
anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan
amat memperhatikan pelajaran.
amat memperhatikan pelajaran.
2)
Tataplah anak saat berkomunikasi.
3)
Singkirkan perlengkapan yang tidak
diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah.
4)
Gunakan
kode tertentu yang disepakati anak untuk mempermudah ia
berkosentrasi seperti mengetuk dagu yang artinya lihat sini, perhatikan baik-baik.
berkosentrasi seperti mengetuk dagu yang artinya lihat sini, perhatikan baik-baik.
5)
Sesekali
gunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak.
6)
Beri
pujian bila anak tenang.
7)
Pilih
tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras.
8)
Ingatkan anak agar melakukan kegiatan
secara teratur saat waktu tertentu
(bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).
(bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).
9)
Latih anak menyiapkan keperluan sekolah
sebelum tidur, sehingga tidak
tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.
tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.
d.
Sibukkan
Dia dengan Belajar Menulis
1)
Gunakan
kertas bergaris, ajari anak untuk menulis kalimat dengan jarak
satu baris.
satu baris.
2)
Atur huruf tidak terlalu berdekatan,
ajari anak untuk menggunakan ujung
jari kelingkingnya untuk mengukur jarak antar huruf.
jari kelingkingnya untuk mengukur jarak antar huruf.
3)
Gunakan
kertas tebal agar tidak mudah robek, bila anak sering menghapus.
Jika mudah robek ia akan cepat frustasi.
Jika mudah robek ia akan cepat frustasi.
4)
Ajari
agar kertas tak bergerak dengan cara menahannya dengan tangan lain.
5)
Nyalakan
musik lembut dengan volume sayup-sayup, supaya ia lebih tenang.
6)
Beri
tugas sesuai dengan tingkat perhatiannya.Sedikit demi sedikit beri
tambahan pelajaran. Jangan ajarkan kata-kata mutiara.
tambahan pelajaran. Jangan ajarkan kata-kata mutiara.
3. Pengobatan
untuk anak yang hiperaktif
Pengobatan
terhadap anak ADD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program
pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan, dan
konseling. Di samping itu pendekatan yang controversial antara lain dengan
melakukan diet khusus, dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin
tertentu.
Pendekatan
secara pendidikan, umumnya diberikan suatu penempatan sekolah yang tepat dalam
suatu program khusus. Penempatan itu dianggap sangat penting diterapkan guna
“penyembuhan” anak dengan ADD. Pada anak ADD umumnya mempunyai kesulitan
belajar disebabkan adanya hiperaktif, sifat impulsive, dan menurunnya daya
atensi saat mengikuti pelajaran (Straus & Lehtinen, 1955 dalam
Batshaw & Perret, 1986: 266). Untuk perkembangan dan pertumbuhan
diri anak bersangkutan, diperlukan suatu bentuk program pembelajaran spesifik
dalam sebuah kelas khusus dengan didampingi seorang asisten yang dapat membantu
kegiatan selama layanan pembelajaran berlangsung.
Pada
anak dengan ADD-H pendekatan yang efektif adalah dngan menerapkan modifikasi
perilaku saat pelaksanaan pembelajaran. Metode yang digunakan akan melibatkan
tata cara pengaturan program. Lingkungan yang terstruktur, dan bentuk re-inforcement terhadap perilaku
dianggap hal yang penting. Alasan utama digunakannya modifikasi perilaku disebabkan
bahwa perilaku dapat dikontrol melalui konsekuensi-konsekuensi yang diperlakukan
akibat adanya perilaku sasaran pembelajaran tersebut. Jadi apabila hasil
perilaku sasaran tertentu mendapatkan reward,
maka akan memperoleh manfaat dengan berulangkalinya perilaku tertentu di masa
yang akan datang. Jika perilaku tidak mendapat reward, maka tidak akan muncul lagi. Anggapan ini berdasarkan atas
tiga landasan utama dari suatu metode pengontrolan terhadap perilaku, yaitu reinforcement, punishment, dan extinction. Dengan menggunakan
modifikasi perilaku, maka saat mencatat semua hasil perilaku sasaran yang
kemunculannya diharapkan, model evaluasi terhadap subjek tunggal sangat memegang
peranan penting (single-case.design: A-B;
A-B-A atau A-B-A-B).
Suatu
program untuk layanan pembelajaran atau bimbingan konseling terhadap anak ADD-H
diperlukan suatu model tersendiri yang bersifat spesifik dengan berlandaskan
pada pola Input – Process – Output.
Dalam Input, diperlukan
kegiatan-kegiatan berkaitan dengan (a) skrining
atau asesmen guna mengetahui
informasi berkaitan dengan karakteristik khusus dari anak bersangkutan, (b)
masukan informasi berkaitan dengan program yang lalu, keadaan dan keberadaan
guru, therapist, konselor setempat,
sarana dan prasarana, serta tahapan kegiatan yang pernah dilakukan atau
diterapkan pada anak bersangkutan. Masukan lingkungan berkaitan dengan norma,
tuntutan, tujuan suatu kegiatan, serta keadaan lingkungan anak merupakan
informasi yang sangat berguna dan sangat memegang peranan penting bagi kegiatan
input.
Selanjutnya
proses kegiatan layanan spesifik diperlukan suatu program
pembelajaran/konseling/terapi yang bersifat individu dan dibuat secara khusus.
Tentunya dengan melihat kurikulum yang berlaku, perileku nonadaptif atau mal-adjustment tertentu, cara melaksanakan
kegiatan intervensi, dan bagaiman melakukan refleksi kegiatan pembelajaran.
Selama
proses kegiatan untuk “penyembuhan” terhadap anak ADD-H diperlukan program
tertentu yang lebih menitikberatkan pada model modifikasi perilaku. Siklus
kegiatannya diperlukan (act),
perencanaan (plan), pengamatan (observation), refleksi hasil kegiatan pembelajaran (reflextion), dan perencanaan kembali (re-plan)
dan seterusnya, sampai ditemukan kesempurnaan perilaku sasaran tertentu pada
sasaran akhir (annual goals).
Dalam
out put atau keluaran, program hendaknya berfokus pada perilaku sasaran yang
telah ditentukan, dan merupakan konsekuensi berikutnya. Semua hasil yang
berkaitan dengan tingkat kestabilan perkembangan perilaku tertentu perlu
dicatat dalam sebuah formulir pencatatan khusus (disebut dengan recording sheet for rate data). Semua
hasil catatan itu kemudian di rekapitulasi dan dipetakan dalam sebuah grafik
single-case design. Penghitungan stabilitas perkembangan (trend stability)
merupakan analisis untuk menghitung kadar perkembangannya, apakah masih labil
(disebut Variable) atau sudah tetap (disebut dengan Constant). Disebut dengan
constant apabila nilai trend stability berada pada 85% ke atas.